Showing posts with label IP Camera. Show all posts
Showing posts with label IP Camera. Show all posts

03 May 2023

Penjelasan Mode Wifi Router Dan Access Point Pada TP Link Archer AX10 Pada Instalasi CCTV IP Camera

topologi ip camera dengan wifi router tp link

Berawal dari Pemasangan IP Camera di Bandung, dimana kabel UTP CAT 6 sudah selesai penarikannya. Maka muncul peranyaan tentang Penjelasan Mode Wifi Router Dan Access Point Pada TP Link Archer AX10 Pada Instalasi CCTV IP Camera. Lokasi pemasangan berupa kantor dengan 4 lantai. Device tiap lantai diluar IP Camera dan NVR hanya ada:

  1. Wifi Router TP Link Archer AX10/AX1500 1x
  2. PoE Switch Dahua 8 Port 1x.
Kecuali lantai 3 terlihat seperti pada gambar diatas. Dari tiap lantai ada satu tarikan UP LINK ke lantai 3. Lantai 3 inilah pusat dan tempatnya internet masuk. Karena IP Camera agar bisa online dan bisa diakses via internet maka segment IP Address harus sama dengan ONT/Modem Internet.

wifi router tp link archer ax10



Adapun topologi dasar instalasi IP Camera dengan wifi Router TP Link Archer AX10 adalah sebagai berikut.

mode wifi router tp link AX10

Pada MODE WIFI ROUTER, TP Link Archer AX10 berfungsi sekaligus sebagai gateway untuk peralatan/device yang terkoneksi via wifi dan port LAN1 s/d LAN4. Pada MODE WIFI ROUTER ini TP Link AX10 mempunyai 2 SEGMENT IP Address yaitu segment 192.168.1.xxx yang merupakan sumber internet dan segment 192.168.0.xxx. 

Mode ini cocok untuk memisahkan traffic device yang terhubung via wifi (contoh: hape) dengan IP Camera.

Bagaimana dengan MODE ACCESS POINT? Berikut gambar topologi dengan mode tsb.

mode access point tp link archer ax10 ax1500

Pada MODE ACCESS POINT, TP LINK AX10 "HANYA" meneruskan dan menambahkan konektivitas antar device jaringan melalui wifi. Gateway tetap diarahkan ke ONT/MODEM Internet.  Karenanya hanya ada SATU SEGMENT IP ADDRESS.

Mode Access Point ini sangat cocok digunakan jika PORT LAN1 s/d LAN4 pada wifi router akan digunakan untuk interkoneksi semua IP Camera dengan NVR dan tidak ada pemisahan traffik antara IP Camera dengan device yang terhubung melalui wifi.

Kesimpulan:
  1. Wifi Router TP Link Archer AX10 mempunyai 2 mode operasi, yaitu MODE WIFI ROUTER dan MODE ACCESS POINT.
  2. Mode Wifi Router berfungsi juga sebagai gateway internet untuk device yang terhubung via wifi.
  3. Mode Wifi Router bekerja pada 2 segment IP Address.
  4. Mode Access Point berfungsi untuk meneruskan dan menambahkan konektivitas jaringan melaui wifi dengan modem/ont internet sebagai gateway internet .
  5. Mode Access Point bekerja pada 1 segment IP Address yang sama dengan modem/ont internet.
  6. PORT LAN TP Link Archer AX10 sudah Gigabit, jadi tidak memerlukan tambahan switch gigabit.
  7. IP Default Wifi Router TP Link Archer AX10 adalah 192.168.1.1 atau 192.168.0.1, kalau masih belum konek coba 192.168.0.254.
  8. Untuk melakukan setup awal, harus melaui port LAN.

Mau tau harga Wifi Router TP Link AX10 nya? langsung saja klik sbb: 

Sekian, semoga bermanfaat. Untuk konsultasi, pemasangan, dan perbaikan/service IP Camera dan Jaringan Komputer langsung saja chat via whatsapp 0898 6495 447.



29 May 2022

Review 2 Cara Setting IP Camera Dahua DH-IPC-HFW1330SIP-S4 Yang Terhubung ke 2 NVR Dahua NVR2116HS-I

topologi fisik ip camera dahua dengan 2 nvr

Bagaimana caranya supaya Pak Satpam di ruangan securitynya bisa memantau lewat cctv juga? Dulu saat menggunakan cctv analog, hal semacam ini hal biasa dan mudah dilakukan. Alatnya pun beragam untuk mendistribusikan gambar ke banyak ruangan.

Saat teknologi cctv HD over coax (HDCVI, HDTVI, AHD) digunakan, hal tersebut menjadi hal yang relatif sulit. Kalaupun ada alatnya, harganya relatif mahal. Bagaimana dengan IP Camera? Ada 2 Cara  Setting IP Camera supaya Terhubung ke 2 NVR.

Sebelum membahas cara settingnya, kita ambil contoh studi kasus dari gambar TOPOLOGI FISIK di atas dengan rincian sbb:

IP Camera 16 unit, IP Address 192.168.1.110 s/d 192.168.1.126

NVR 1 Letaknya di ruangan utama, IP Address 192.168.1.178

NVR 2 Letaknya di rungan Security, IP Address 192.168.1.179

Topologi fisik adalah bagaimana peralatan jaringan terhubung satu dengan lainnya.



CARA KE-1 : MENAMBAHKAN IP CAMERA LANGSUNG KE NVR topologi logic 1 ip camera 2 nvr

TOPOLOGI LOGIC adalah bagaimana aliran data mengalir dalam satu jaringan. Pada Topologi Logic 1 (cara ke-1), IP Camera yang terdeteksi oleh NVR di-add (ditambahkan) ke masing-masing NVR dengan cara seperti biasa. Detail cara nambah/add IP Camera Dahua bisa dibaca di sini.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dengan cara ini adalah sbb:
  1. Adanya rebutan sumber daya IP Camera, dimana dimungkinkan NVR 2 mendapatkan prioritas mendapatkan stream data video. Akibatnya NVR utama (NVR 1) gambarnya malah jadi burek bahkan ada beberapa IP Camera yang blank atau disconnect.
  2. Perlunya pengaturan frame rate untuk mengatasi point ke-1. Pengaturan ini akan semakin sulit tatkala jumlah NVR melebihi 2 unit.
  3. NVR 2 dapat mengatur IP Camera secara independent layaknya NVR Utama. Baik itu pengaturan frame rate sampai dengan title kamera (caption).

CARA KE-2 : MENAMBAHKAN IP CAMERA DARI NVR 1 ke NVR 2

topologi logic 2 ip camera 2 nvr

Dengan cara ke-2 ini diharapkan beban pada IP Camera bisa dihilangkan dan bisa mengatasi problem rebutan sumber daya IP Camera. Adapun caranya adalah menambahkan IP Camera yang terdeteksi di NVR 1. Lakukan penambahan sampai semua IP Camera tampil di NVR 1.

Berikutnya adalah menambahkan IP Camera yang TELAH ditambahkan di NVR 1 (IP Address 192.168.1.178). Adapun caranya dapat dilihat di video berikut.


Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dengan cara ke-2:
  1. IP Camera dari NVR 1 dapat dipilih beberapa atau semuanya.
  2. Urutan IP Camera mengikuti NVR 1 dan tidak bisa diatur di NVR 2.
  3. Caption title NVR 1 akan tampil dan overlap dengan caption title NVR 2.
  4. Gambar IP Camera di NVR 2 seringkali ada yang nge-freeze dan nge-blank. 
Kesimpulan:
  1. Gambar IP Camera di NVR 2 sangat tergantung performance NVR 1.
  2. Saat artikel ini dibuat, disarankan untuk menggunakan cara ke-1.
  3. Cara ke-2 ada kemungkinan bisa digunakan di tipe NVR lain. 
Silahkan komen di bawah ya kalo ada pertanyaan. Atau bisa whatsapp saya untuk konsultasi, service cctv, atau pemasangan cctv. Klik/ tap aja disini ya.

07 April 2022

Decoding Capability - Spek NVR Yang Menyesatkan?

Berawal dari salah satu dealer yang memutuskan untuk migrasi jualan IP Camera. Pagi itu dealer tsb menelpon dengan nada panik. 

"Ini kenapa keluar tulisan "Kemampuan Melampaui Decoder"?" (Di monitor pada mode playback hanya tampil tulisan tsb. Channel yang dipilih adalah 9 kamera).

Sontak saya pun segera membuka SmartPss untuk memeriksa secara remote. Dan semuanya baik-bak saja. Live View dan Playback. Ini artinya NVR Dahua DHI-NVR2116HS-1 fungsi recordingnya bekerja dengan baik. Asumsi saya problem "Kemampuan Melampaui Decoder" ini lebih ke kemampuan NVR untuk menampilkan/mendisplaykan hasil recording ke monitor dalam satu waktu.

Saya pun mencoba untuk menurunkan resolusi dari 3 MP ke 2 MP (1080p) secara remote, hasilnya tetap yang keluar hanya 6 channel (IP Camera yang terpasang seluruhnya 9). Dan feeling saya langsung untuk nge-check spek NVR tersebut. Berikut spek yang saya curigai sebagai keterbatasan NVR tsb.



Tercantum spek DECODING CAPABILITY salah satunya adalah 4-channel 1080p@30 fps. Kurang lebih spek tsb dibaca sbb: bahwa kemampuan NVR untuk men-DECODE adalah maksimal 4 channel dengan resolusi 1080p (2 MP -red) 30 fps dalam satu waktu. 

Nah spek Decoding Capability inilah parameter PLAYBACK hasil RECORD SESUNGGUHNYA.

Sangat kontras dengan spek RECORD PLAYBACK di bawahnya yang mencantumkan Multi-channel Playback Up to 16 channel. Di highlight fitur banner web stenya sedikit berbeda, disitu tercantum maksimal playback adalah 6 channel pada resolusi 1080p, frame rate 30 fps.

Spek selengkapnya bisa dilihat di web nya, klik/tap disini.


Menurut saya spek tersebut sangat membingungkan (menyesatkan -red) terlebih tidak ada penjelasan lebih lanjut. Kenapa tidak langsung dicantumkan frasa PLAYBACK saja? 

Akhirnya saya membandingkan dengan spek NVR Hikvision. Dan ternyata mencantumkan hal yang sama. Berikut hasil capture yang saya dapat dari web hikvision.




Selengkapnya bisa diihat di web Hikvision nya disini.

Berbeda dengan 2 brand di atas, Brand UNV Uniview mencantumkan spek nya lebih jelas dan informatif.


Selengkapnya bisa dilihat di sini.

Kesimpulan:
Decoding Capacity/Capability adalah spek kemampuan NVR untuk menampilkan/mendisplaykan kamera ke monitor dalam satu waktu. Semakin besar resolusi yang dipilih maka semakin sedikit channel yang bisa di playback dalam satu waktu.

Sebagai installer infokan saja apa adanya spek tersebut.

Oiya untuk konsultasi pemasangan, perbaikan, migrasi dari coax ke ip camera, bahkan pasang baru tap/klik link/gambar di bawah ya.


Any thought? leave your comment below.


29 May 2021

09 February 2021

Setting IP Address IP Camera Baru Dahua DH-IPC-HFW1431S1P-S4

Dulu IP Camera Dahua menggunakan password default. 

Username default : admin 

Password default : admin

Nah, model terbaru tidak ada password default. Pun software ConfigTools tidak bisa digunakan untuk mensetting ip address dan username/password. Hanya bisa mendeteksi IP Address. Software ConfigTools bisa digunakan setelah IP Camera diinisialisasi via Browser Internet Explorer. Berikut parameter default pada IP Camera Dahua model terbaru:

IP Address default : 192.168.1.108

Username default : admin

Password : HARUS DISET DULU AFRF78

Sebelum melakukan settingan awal (Inisialisasi) WAJIB MENYEDIAKAN EMAIL untuk KEPERLUAN RESET PASSWORD. Selengkapnya silahkan disimak video berikut agar lebih jelas.


Jika ada pertanyaan silahkan dikomen saja, atau bisa whatsapp ke 0898 6495 447. Semoga bermanfaat dan stay tune untuk postingan baru lainnya.



16 April 2020

Menyoal Kualitas IP Camera


Pengantar
Barangkali IP camera masih asing bagi sebagian orang, sekalipun bagi sebagian lainnya sudah merupakan hal biasa, bahkan sering menggelutinya. Sebagaimana pernah kami paparkan beberapa waktu lalu, bahwa salah satu perbedaan IP Cam dengan camera biasa terletak pada kabel yang dipakai. Jika IP cam memakai kabel UTP, maka camera biasa pada umumnya memakai kabel coaxial. Tapi ternyata perbedaan ini tidak cukup sampai di sini. Bukankah video balun pun memakai kabel UTP, tetapi tidak termasuk ke dalam IP cam? Bagi yang ingin memahami persoalan ini lebih detail, silakan merujuk pada referensi lain selain dari blog ini.

Persoalan kita kali ini adalah betul tidak sih hasil gambar kebanyakan IP cam umumnya masih di bawah camera analog? Jika betul, apakah yang menjadi sebab? Mengapa dengan budget yang lebih mahal, sebagian orang mau memilih IP cam? Persoalan apa sajakah yang kerapkali mendera pada aplikasi ini? 

Apakah anda sudah memasang IP Cam? Puaskah selama ini dengan kualitas gambarnya? Jika kedua pertanyaan tersebut anda jawab "ya", maka artikel ini bukanlah untuk anda. Namun, jika salah satu atau keduanya anda jawab "belum/tidak", maka silakan anda teruskan membaca. Namun perlu digarisbawahi, uraian ini tidak bermaksud untuk mem-vonis bagus jeleknya IP cam, karena bukan itu filosofi dari blog kami. Kami sekadar ingin berbagi pengetahuan dengan pembaca sekalian, sebab boleh jadi pembaca mengalami hal yang sebaliknya. Adapun paparan kami ini sebatas hipotesa semata. Tidak mengapa, bukan?

Kami akan awali dengan penjelasan mengenai parameter IP Cam yang perlu anda catat pertama kali. Apabila sudah jelas duduk perkaranya, maka kita dapat menjawab pertanyaan "nakal" dari customer dengan mudah. Tapi, sebelumnya kita mesti definisikan dulu, bahwa IP Cam adalah camera yang menggunakan protokol TCP/IP sebagai media penyalurannya. Protokol ini sama dengan yang kita gunakan saat browsing di internet. Jadi, IP cam bisa disamakan dengan satu situs, sehingga kita dapat mem-browsing-nya secara langsung, tanpa melalui DVR lagi. Sementara itu, camera analog menggunakan sinyal base video saja, tanpa ada proses konversi ke TCP/IP. Inilah yang membedakan keduanya. 

Baiklah, kita langsung saja ke TKP. Di bawah ini terlihat salah satu contoh menu IP cam. Silakan anda cermati dulu baik-baik.


Sudah? Nah, bagi yang awam -termasuk kami sendiri- parameter yang njlimet seperti itu tentu akan membingungkan, bukan? Tapi tenang dulu! Parameter di atas sudah biasa terdapat pada IP Cam, walaupun susunannya berbeda antar merk satu dengan yang lain. Mari kita sederhanakan dulu persoalannya, yaitu hanya fokus terhadap 4 (empat) parameter saja dan melupakan dulu parameter lainnya. Apa sebab? Sebab ke-4 parameter inilah sebenarnya yang merupakan rahasia di balik harga satu produk IP cam yang jarang diketahui orang. Apakah ke-4 parameter itu?

1. Frame Rate
2. Codec
3. Resolution
4. Bit rate

Para praktisi, terutama teknisi boleh menyertakan satu parameter lagi, yaitu bandwidth. Hanya perlu diketahui, bahwa bandwidth sebenarnya adalah muara dari ke-4 variable di atas, walaupun kadar signifikansinya berbeda, ada yang berpengaruh nyata, ada juga yang tidak. Parameter bandwidth menyangkut seberapa "besar" data yang dimiliki oleh satu IP Cam saat disalurkan melalui jaringan. Pada IP Cam, bahasan ini penting sekali. Namun, kami memandang perlu untuk membahas prosesnya terlebih dulu, yakni apa yang membedakan IP Cam dengan camera biasa. Setelah itu insya Allah kita bahas soal bandwidth ini pada kesempatan berikutnya.

Menurut kami, proses video pada IP Cam dapat diumpamakan seperti ilustrasi beberapa helai kertas di bawah ini.


Bayangkan jika kita memiliki satu atau beberapa helai kertas yang diasumsikan sebagai sinyal video, maka perumpamaannya adalah seperti di atas.

1. Frame Rate
Istilah ini menyatakan seberapa cepat gambar (frame) yang ditampilkan dalam satu detik. Jika diibaratkan film animasi kartun, maka semakin banyak kertas yang dipakai untuk satu gerakan, maka hasilnya akan semakin halus, bukan? Nah, nilai frame rate inilah yang menyebabkan beberapa tipe IP cam memberikan "efek perlambatan" seperti astronot yang berjalan di bulan. Awam sering mengatakannya dengan istilah "tidak real time". Lepas dari benar tidaknya istilah tersebut, namun fenomena inilah yang banyak terjadi di lapangan. Frame rate dinyatakan dalam fps (frame per second), satu istilah yang populer di kalangan pelaku CCTV. Ketahuilah, bahwa pengaturan fps pada IP Cam salah satunya dimaksudkan untuk mengontrol bandwidth. Nilai fps besar akan memakan banyak bandwidth dan kapasitas penyimpanan (storage). Oleh sebab itu perlu disesuaikan, misalnya seperti pada pilihan di bawah ini:


Untuk aplikasi biasa (non-critical application), sebenarnya angka 5 fps pun kami anggap sudah memadai dan hemat pula.

2. Codec
Sejujurnya, Codec inilah yang menjadi "biang keladi" dari semua kebingungan kita. Codec (singkatan dari coding-decoding atau bisa juga berarti  compress-decompress) adalah proses "peremasan" sinyal analog untuk diubah ke dalam bentuk digital. Agar bisa disalurkan melalui TCP/IP ataupun  disimpan ke dalam harddisk, maka sinyal video analog tadi mesti dikecilkan" dulu. Ilustrasinya ibarat setumpuk kertas utuh yang "diremas" (grabbing) agar bisa masuk ke dalam tong sampah. Adapun teknik Codec yang paling sering dipakai saat ini disebut dikenal dengan nama H.264. Teknik ini diklaim sebagai yang terkecil dibandingkan dengan generasi sebelumnya seperti MPEG-4 atau MJPEG. Semakin kecil ukuran, maka semakin banyak kertas yang bisa dibuang (baca: video yang disalurkan), bukan? 

Pernahkah anda membuka kembali kertas yang sudah dibuang ke dalam tong sampah seperti ilustrasi di atas? Apakah hasilnya akan semulus sediakala? Tentunya tidak, bukan? Kertas akan kusut! Nah, seperti inilah problematika Codec dalam teknik video.

3. Resolusi
Resolusi bisa diartikan secara awam sebagai tingkat kehalusan gambar. Makin tinggi nilainya, maka gambar akan tampak semakin detail (rapat). Resolusi pada camera non-IP (camera analog) dinyatakan dalam TVL (tv lines) -misalnya 380tvl, 420tvl atau 600tvl-. Sedangkan pada IP Cam dan DVR, resolusi ini "menjelma" menjadi CIF (baca: sif), D1, QCIF dan nama lainnya. Penyebabnya adalah si Codec tadi! Resolusi dalam dunia digital tidak dinyatakan dengan TVL lagi, melainkan dengan parameter lain seperti contoh di atas. Lantas apa arti semua ini? DVR Standalone sering memakai resolusi CIF dengan ukuran sekitar 352x240 atau D1 sekitar 704x480. Resolusi ini tidak lain menyatakan luasnya gambar (image) yang ditampilkan. Nah, pada IP Cam kita bisa memilih resolusi yang ditawarkan, misalnya seperti menu di bawah ini:


Sekali lagi perlu diingat, semakin tinggi resolusi yang kita pilih, semakin tinggi pulalah konsumsi bandwitdth camera tersebut. Jadi, sesuaikanlah dengan kemampuan infrastruktur jaringan yang ada. Sekilas terlihat bahwa parameter IP cam di atas terkesan jor-joran. Apakah anda tertarik memilih resolusi 1080P untuk beberapa IP cam anda? Atau malah kurang tinggi?

4. Bit rate
Pernahkah anda mendapati hasil gambar dari satu objek bergerak (misalnya mobil atau orang berjalan), namun banyak dipenuhi dengan kotak-kotak di sekelilingnya? Tentu saja tidak sedap dipandang, bukan? Nah, dalam IP cam hal ini diakibatkan oleh nilai bit rate yang rendah. Secara umum, bit rate menyatakan berapa banyak data yang dikirimkan dalam satu saat. Satuannya adalah bit per second (bps). Makin tinggi bit rate, maka kualitas video pada IP Cam akan semakin baik. Perhatikanlah menu IP cam di bawah ini:


Terlihat di sana ada sejumlah deretan Bit rate yang bisa dipilih, mulai dari 512kbps hingga 10Mbps. Umumnya, IP cam secara otomatis akan menetapkan bit rate minimal pada resolusi yang dipilih. Seperti pada contoh di atas, saat kita memilih resolusi tertinggi, maka secara otomatis bit rate akan ditetapkan sebesar 6 Mbps. Ini adalah batas minimal untuk menghasilkan kualitas gambar yang memadai pada resolusi itu. Artinya, kita tidak akan memperoleh hasil yang bagus manakala bit rate ini kita kurangi. Tidak berlebihan kiranya jika kami katakan kualitas IP cam sangat bergantung pada parameter ini. Jadi, perhatikanlah parameter ini baik-baik saat kita melakukan setting!

Sebagai tambahan, perhatikan pula penulisan satuan bit per second yang benar, yaitu dengan huruf b (kecil), bukan B (besar). b menyatakan bit, sedangkan B menyatakan byte (dibaca: bayt). Oleh karena 1 Byte sama dengan 8 bit, maka keduanya jauh berbeda dalam nilai. Lalu, kapankah kita memakai satuan bit dan kapan pula kita memakai Byte? Patokannya adalah, jika yang diukur itu adalah kecepatan transfer data, maka gunakanlah bit. Contoh: paket internet Speedy, maka satuannya adalah 384 kbps (dibaca kilo bit per second, bukan kBps). Bit rate ditulis dengan 6 Mbps (mega bit per second, bukan mega Byte). Namun, jika menyatakan kapasitas penyimpanan data, maka digunakan satuan Byte. Contoh: hard disk 500 GB ditulis dengan huruf B (besar), artinya 500 giga byte (bukan 500 giga bit). Demikian juga hard disk 1 TB dibaca tera byte (bukan tera bit). Untuk quota speedy, misalnya, di sana dinyatakan fair usage sebesar 3GB. Maka, ini harus dibaca 3 giga byte, bukan 3 giga bit. Bagaimana? Semoga jelas.

Kesimpulan
Bermain dengan IP Cam akan terasa menyenangkan apabila kita mengetahui ke-4 parameter video di atas. Dari uraian singkat ini, semoga anda bisa menjawab pertanyaan mengapa IP cam yang ini (hasilnya) jelek, sedangkan yang itu bagus? Atau menjawab pertanyaan customer: mengapa yang ini murah, tapi yang itu mahal?  Harap dicatat, bahwa kualitas maupun harga IP cam setidaknya dipengaruhi oleh ke-4 parameter di atas. Bagaimanakah dengan IP cam anda?


Next on Tanya Alarm & CCTV 
Persoalan Bandwidth pada IP Cam dan Bagaimana Cara Mengetahuinya

15 April 2020

Bandwidth pada IP Cam dan Cara Mengamatinya - Bagian 2

Apakah tools yang bisa digunakan untuk mengetahui bandwidth?
Jika produk IP cam sudah dilengkapi dengan program aplikasi dari pabrik semisal Net Viewer, CMS atau yang lainnya, maka saat aplikasi dibuka, setiap channel akan menampilkan besarnya bandwidth (tepatnya: throughput) pada resolusi dan codec yang dipilih. Contohnya seperti terlihat di bawah ini. IP cam dengan codec H.264, resolusi 1280x720 dan frame rate 25fps memberikan throughput sebesar 364 KB (abaikan penulisan B yang salah pada clip di bawah!).


364KB maksudnya adalah 364 kbps. Ini baru untuk satu camera saja! (Bandingkan dengan paket telkom speedy 384kbps yang iuran per bulannya sekitar 200 ribu rupiah!). Lantas, bagaimanakah jika ada beberapa IP cam dalam satu jaringan, tentunya repot jika kita harus menjumlahkannya satu per satu, bukan? Selain itu, oleh karena real time, maka angkanyapun akan selalu berubah-ubah (update), walaupun selisihnya tidak besar. Inilah yang menyulitkan.

Namun jangan khawatir, sebab untuk itu kita bisa memanfaatkan utility Task Manager bawaan Windows. Setelah semua camera online, tekanlah pada keyboard PC kita tombol Ctrl-Shift-Esc secara bersamaan. Maka, akan tampil layar Windows Task Manager. Pilihlah kolom Networking. Nah, di sanalah kita bisa melihat seberapa besar total data (throughput) dari semua IP cam -dan juga dari peralatan IP lainnya- yang "mengalir" ke PC kita secara real time. Jika kita bandingkan dengan tampilan dari utility IP cam, hasilnya relatif sama. Terlihat pula di sana, network switch kita secara total menyediakan bandwidth sebesar 100 Mbps, dimana ini adalah angka yang lumrah pada jaringan lokal (LAN).


Gambar 1

Clip pada software di kiri atas memperlihatkan camera ini baru memakan 61 kbps. Sekarang perhatikan tampilan pada Task Manager sebelah kanan yang menunjukkan angka 0,60% (0,6 persen dari 100Mbps = 60 kbps). Relatif sama, bukan?

                                                                       Gambar 2

Sekarang kita tambahkan lagi satu camera seperti terlihat pada gambar kedua. Camera kedua ini kami set pada resolusi dan fps yang sama, tetapi dengan menggunakan codec MJPEG. Jika diamati lebih jauh, kita bisa menyimpulkan dua hal, yaitu:

1. Pemilihan Codec ternyata sangat berpengaruh pada throughput (bandwidth). Terlihat pada resolusi dan fps yang sama (352x288, 25fps), camera 1 yang memakai codec H.264 mengalirkan data sebesar 61kbps saja, sedangkan camera 2 dengan codec MJPEG memakan 266kbps. Cukup signifikan bedanya, bukan?

2. Bandwidth total (throughput) pada Task Manager terlihat bertambah.

Dari dua gambar di atas, kiranya jelas bagi pembaca, bahwa permainan IP cam sebenarnya hanya di seputar ini. Silakan lakukan eksperimen sendiri dengan mengubah-ubah parameter IP cam seperti telah kami bahas sebelumnya, lalu perhatikanlah perubahan throughput-nya pada bandwidth total yang tersedia, yaitu 100Mbps.

O, ya, kami sedikit penasaran, berapa sih data yang dikeluarkan oleh camera test ini pada peak performance-nya? Untuk itu kami coba geber semua parameternya ke arah maksimum seperti ini:


Dengan mengabaikan dulu peringatan ini:


Alhasil, pada kondisi cukup ekstrim ini camera tersebut memakan sedikitnya 10 Mbps, satu jumlah yang lumayan besar. Perhatikan hasil dari Task Manager di bawah ini.



Jika throughput per camera sudah diketahui, kita dapat dengan mudah mengetahui berapa bandwidth yang diperlukan dari semua IP camera yang terpasang. 

Penutup

Sedikitnya kami mencatat beberapa hal penting seputar masalah ini, yaitu: 

1.  Throughput IP cam perlu dikenali dan dicermati dengan baik, agar nantinya bisa disesuaikan dengan kemampuan bandwidth jaringan yang ada.

2. Faktor yang mempengaruhi langsung throughput IP cam secara berurutan adalah: codec --> resolusi --> bit rate --> frame rate. Sedangkan yang secara tidak langsung adalah faktor kuat cahaya, khususnya saat kondisi gelap di malam hari.

3.  Secara umum, usahakanlah agar throughput ini tidak melebihi 70% dari bandwidth yang tersedia (istilahnya: don't go over 70!). Misalkan kita memiliki network switch 100Mbps, maka usahakan agar throughput dari semua camera tidak melebihi 70Mbps (setara dengan max. 6 camera pada contoh ekstrim di atas). 

4. Jangan lupa perhatikan pula traffic dari peralatan network lainnya. Jangan sampai sang IT manager dibuat "murka" gara-gara jaringannya terbebani oleh IP cam kita! Jika perlu, belilah network switch baru yang khusus untuk IP cam kita.

Demikian ulasan singkat dari kami. Semoga bermanfaat untuk pembaca sekalian. Salam!


14 April 2020

Bandwidth pada IP Cam dan Cara Mengamatinya - Bagian 1


Persoalan bandwidth -khususnya pada IP Cam- merupakan perkara yang penting sekali diketahui. Dengan memahaminya, kita akan tahu mengapa sebagian IP cam gambarnya lancar jaya, tapi yang lain tersendat-sendat, bahkan sampai membeku (freeze). Pernahkah anda mengalaminya? Walau telah banyak literatur yang mengupas tuntas persoalan ini, perkenakanlah kami membahasnya kembali sebagai penyegaran. 

Apa yang menjadi sebab munculnya issue ini?
Persoalan ini muncul oleh karena kita tidak bisa menata infrastruktur jaringan yang ada sekehendak kita. Jaringan yang dimaksud umpamanya kabel telepon, internet rumah, jaringan lokal di kantor dan lainnya, sudah terpatok pada angka yang tidak bisa kita permak lagi menjadi lebih besar. Ibarat jalan raya, kita tidak bisa menata sesuka hati kita. Artinya, saat terjebak macet di jalan, kita tidak bisa melebarkan jalan begitu saja, bukan? Tidak ada yang bisa kita lakukan selain "menikmati" kemacetan itu. Nah, demikian pula halnya dengan bandwidth, baik pada IP cam maupun lainnya, bisa diibaratkan dengan jalan yang memiliki lebar tertentu. Boleh juga kita mengambil analogi pipa pralon. Jadi, bandwidth ini ibarat pipa yang memiliki ukuran (diameter) tertentu, ada yang besar, sedang, kecil, bahkan sangat kecil seperti sedotan minuman.

Apa satuan yang dipakai untuk menyatakan bandwidth?
Jika besar atau ukuran pipa air dinyatakan dalam diameter sekian inch, maka bandwidth dinyatakan dalam bit per second (bps). Perhatikan penulisan yang benar untuk satuan ini adalah dengan huruf b (kecil), jadi dibaca bit, bukan byte. 

Infrastruktur apa yang bisa dimanfaatkan oleh IP cam?
IP cam pada umumnya dibagi ke dalam kelompok ini:
1. Aplikasi via jaringan lokal (LAN) di dalam satu gedung.
2. Aplikasi via internet.
3. Aplikasi via access point.

Silakan anda tambahkan aplikasi lainnya, misalkan via FO (fibre optic), microwave link atau lainnya, namun ketiga contoh di atas kami anggap sudah mewakili.

Berapakah ketersediaan bandwidth max. yang ada?
Sebagai patokan kita bisa menggunakan angka-angka ini:
1. LAN menyediakan hingga 100 Mbps atau 1000 MBps (Gigabit).
2.Internet, seperti telkom Speedy tersedia dalam paket 384 kbps, 512kbps, 1 Mbps, 2 Mbps dan 3 Mbps. 
3. Access Point, umumnya dipakai 802.11g @54Mbps dan 802.11n @150Mbps.

Kesemuanya itu dapat diilustrasikan secara sederhana seperti diagram di bawah ini. Kita bisa membandingkan manakah yang menyediakan bandwidth terbesar, bukan? Kliklah pada gambar unuk memperbesar.






Wow, perhatikanlah perbandingan antara aplikasi LAN (1) dan internet (2). Ternyata sangat drastis, bukan? Artinya, jika ingin melihat IP cam melalui internet, kita tidak boleh mengharapkan hasil yang sama dengan melalui LAN lokal. Jika LAN ibarat pipa pralon berukuran 2 inch, maka access via internet ibarat sedotan minuman saja. Wah, kalau begitu pantas saja jika access camera via internet umumnya sangat lambat. Lalu, bagaimanakah kita mengetahui keperluan bandwidth total dari semua camera kita? Faktor apa sajakah yang mempengaruhi besar kecilnya data satu IP Cam? Nantikan pada uraian kami berikutnya, insya Allah.

Sumber: tanyaalarm.blogspot.com atas seijin penulis.

02 March 2020

Yuk, Mengenal IP Camera! (Bagian 2)

Selain itu ada pula teknik untuk "meng-IP-kan" camera CCTV biasa, sehingga camera ini bisa "naik kelas" menjadi IP. Cameranya tetap camera biasa, tetapi dimasukkan dulu ke suatu alat yang disebut dengan Network Video Server (NVS), sehingga sinyal video-nya berubah menjadi IP Video. Dengan begitu, user bisa lebih bebas memilih model dan kualitas camera analog yang akan dimasukkan ke unit ini, karena bagi sebagian orang, kualitas camera analog dianggap lebih baik ketimbang IP Camera kebanyakan. Namun sayang, harga satu unit NVS ini masih terbilang mahal, sehingga perlu diperhitungkan segi biayanya, apabila akan dipakai untuk menggantikan sistem yang sudah terpasang. 


Pada posting berikutnya, insya Allah kami akan bahas bagaimana cara meng-install IP Camera ini untuk pertama kali dan menu apa sajakah yang ada di dalamnya. Jika masih ada kesempatan -walau sekarang sudah tidak aneh lagi- bagaimanakah meng-konfigurasi camera ini agar bisa di-access via Internet?Stay tune!

Sumber: tanyaalarm.blogspot.com atas seijin penulis.
  

Yuk, Mengenal IP Camera! (Bagian 3)

Jadi, dalam bahasa sederhana: IP Camera adalah camera yang bisa di-browsing langsung, tak ubahnya seperti saat kita mengakses satu situs di internet. Oleh karena beberapa camera harus terhubung ke dalam satu jaringan LAN (Local Area Network), maka IP Cam bisa juga disebut juga sebagai Network Camera atau IP-Surveillance.

Baiklah untuk mempertegas kembali paparan di atas, maka setelah terhubung dengan jaringan LAN (Network Switch), kami coba membuka "situs" satu IP Camera, misalnya http://192.168.1.5 seperti yang terlihat pada clip di bawah ini. Ternyata cukup mudah, bukan? Jadi, saat ini IP Camera bukan sesuatu yang aneh lagi.


O,ya bagi mereka yang ingin mengetahui menu apa sajakah yang terdapat pada IP Cam ini, berikut kami petikkan sebagian dari menu tersebut.


Ternyata menunya boleh terbilang biasa-biasa saja, bukan? Ya, memang demikianlah adanya. Kita bisa mengakses camera tersebut melalui IP Address default dari pabrik ataupun melalui DHCP. Setelah itu camera siap di-access melalui browser favorit kita. Selain itu, satu hal lagi, bagi yang suka "mengutak-atik" access camera via Internet, maka adanya menu DynDNS Settings selalu saja menimbulkan rasa penasaran tersendiri untuk mencoba. Berbeda dengan mereka yang sudah terbiasa, tentunya hal ini sudah tidak aneh lagi. Bagaimana, mau mencoba?


Mengingat IP camera ini tidak terhubung dengan perangkat rekaman seperti pada sistem DVR, maka pertanyaan berikut yang muncul adalah bagaimanakah soal perekaman? Silakan ikuti bahasan kami pada kategori IP Camera. Semoga bermanfaat!

Sumber: tanyaalarm.blogspot.com atas seijin penulis.

Yuk, Mengenal IP Camera! (Bagian 1)


Pada posting kali ini, insya Allah kami akan membahas sedikit mengenai IP Camera. Apa sih perbedaannya dengan camera biasa? Lalu, keunggulan apa yang dimiliki oleh camera jenis ini? Bagaimanakah konfigurasinya? Kemudian, kapan saatnya kita benar-benar memerlukan IP Camera ini?


IP Cam sejatinya adalah camera biasa, namun sinyal video-nya disalurkan lewat satu protokol yang disebut TCP/IP. Sementara TCP/IP sendiri merupakan kependekan dari Transfer Control Protocol/Internet Protocol yang lazim dipakai dalam dunia LAN dan Internet. Saking populernya, sampai-sampai kita tidak menyadari bahwa saat membaca artikel inipun, sebenarnya kita sedang menggunakan teknologi TCP/IP  (O, iya ya?!

Nah, kembali pada IP camera. IP Camera adalah camera yang menggunakan protokol TCP/IP sebagai penyalurnya. Jadi bisa dikatakan, bahwa IP Cam menyalurkan sinyal data. Hal ini berbeda dengan camera biasa yang menyalurkan komponen video secara langsung, tanpa melalui "protokol-protokolan segala". Perbedaan teknik inilah yang mendasari mengapa dalam mempelajari IP Cam diperlukan pemahaman yang cukup baik terhadap teknologi jaringan (LAN).

Sebagai pembuka, semoga ilustrasi di bawah ini bisa memberikan pemahaman awal mengenai perbedaan prinsip dari kedua sistem camera yang dimaksud.


Terihat jelas, sekalipun secara fisik keduanya tampak mirip, namun cara pengamatannya berbeda. Camera CCTV biasa memakai monitor atau TV, sedangkan IP Cam harus menggunakan PC atau Laptop. Lantas, bagaimana dengan Power Supply?  Nah, kebetulan pada contoh di atas keduanya sama-sama memakai power supply DC12V biasa. Pabrikan IP Cam biasanya sudah menyertakan adaptor dari jenis switching di dalam satu paket. Tetapi ada pula IP Cam yang bisa memakai power supply yang disebut PoE (dibaca: pi-o-i). PoE sendiri adalah kependekan dari Power over Ethernet. Sekalipun namanya terdengar keren, tapi ini tidak lain hanyalah upaya menyuntikkan tegangan DC dari Network Switch ke dalam kabel UTP Cat 5, sehingga camera mendapatkan power dari kabel itu juga. Itu sebabnya disebut power over ethernet (power melalui kabel ethernet alias kabel UTP). Dengan begitu, instalasinya terlihat lebih rapi, karena cukup dengan satu kabel UTP saja yang dicolok ke camera, maka camera sudah ON. Kiranya inilah yang merupakan keunggulan pertama dari IP Camera ketimbang analog. Sebagai gambaran, maka di bawah ini terlihat satu produk Network Switch keluaran TP-Link yang sudah dilengkapi dengan PoE pada sebagian port-nya.





Sumber: tanyaalarm.blogspot.com atas seijin penulis.

08 January 2018

Kapan Memilih Dan Menggunakan IP Camera?

Teknologi kamera cctv berbasis kabel coaxial semakin terus berkembang. Terakhir sudah keluar resolusi 4 MP. Dari sisi resolusi gambar yang dihasilkan sudah sama dengan IP Camera. Tapi tahukah anda banyak hal yang hanya bisa dilakukan jika menggunakan IP Camera. Kapan Memilih Dan Menggunakan IP Camera? Mengingat dari sisi harga yang masih lebih mahal dan belum semua orang menguasai teknologinya.

Berikut paparan Artikel CCTV (AC) Kapan Memilih Dan Menggunakan IP Camera.

Gunakan IP Camera Jika Dipasang Di banyak Gedung Dalam Satu Area.

Banyak gedung dalam satu area itu seperti apa? Contohnya Rumah Sakit, kalo di Bandung ada RSHS. Areanya luas dan banyak gedung. Dari satu gedung ke gedung lain terpisah oleh jalan-jalan kecil berupa koridor-koridor. Dan semua kamera harus terpantau disatu tempat. Kebayang? Selain rumah sakit, pasang IP Camera di komplek pemerintahan seperti balai kota.


09 November 2017

Mudahnya Memantau CCTV Dengan NVR SPC-NVR6D08PP-M1A

Dulu, setting internet cctv hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu saja. Tak hanya Technical Support cctv yang kesulitan, bahkan praktisi di bagian jaringan komputer tidak semuanya ngeh soal ini. Mulai dari open port sampai dengan setting DDNS.
.

.
Banyak masalah yang timbul seputar pemantauan online ini. Disisi customer yang tampil hanya "Failed to connect", "Disconnected". "Login timeout, dsb. Penyebabnya variatif, mulai dari koneksi internet yang tidak stabil, penyedia layanan DDNS yang kurang handal, updater-nya yang kurang bagus, sampai produknya itu sendiri yang masih ada bugs.
.
Nah, sekarang problematika tersebut sudah mulai banyak berkurang. Salah satu penyebabnya adalah adanya fitur P2P atau CLOUD. P2P menyederhanakan settingan dengan konsep tidak menyentuh router sama sekali. Cukup setting DHCP DAN SCAN BARCODE ID NVR/DVR dan VOILA!....
.
Brand terakhir yang saya test adalah NVR SPC-NVR6D08PP-M1A. Disini saya coba bandingkan antara kehandalan server P2P SPC dan DDNS NO-IP. Dan hasilnya sesuai dugaan saya. P2P SPC sampai detik ini masih stabil terhubung, sedangkan DDNS NO-IP hanya bertahan 1 hari saja. Hari ke-2 DDNS sudah disconnected. Saya tidak mencoba untuk menganalisa lebih lanjut, karena prinsipnya jika sudah ada yang lebih mudah kenapa pake yang ribet?
.
Topologi jaringan NVR ke GPON bisadilihat pada gambar diatas. Untuk settingan IP Address, awalnya saya set ke DHCP terlebih dulu kemudian saya STATIC kan. Hasilnya seperti di bawah ini.
.
Pastikan NVR/DVR sudah terkoneksi ke server CLOUD P2P. Statusnya bisa dilihta di menu NETWORK > CLOUD.

Ada 3 cara untuk memantau NVR SPC-NVR6D08PP-M1A.
  1. Menggunakan apps SPC PRO Cloud.
  2. Menggunakan Browser Internet Explorer.
  3. Menggunakan software desktop SCMS.
.

Menggunakan Apps SPC PRO Cloud

Diperlukan registrasi terlebih dulu untuk pemantauan cctv menggunakan Apps dan browser. Registrasi diperlukan untuk kemudahan pengelolaan lebih dari satu DVR/NVR. Registrasi bisa dilakukan langsung di Apps atau menggunakan browser, via apps lebih cepat dan simpel. Berikut caranya setelah membuka apps SPC PRO CLOUD.
.

Uncheck (jangan di checklist) pilihan Remember Password dan Auto Login untuk mencegah orang lain dari melihat list DVR/NVR. Tapi kalau mau tidak ribet, dan untuk kemudahan, checklist saja opsi tersebut.
.
Selanjutnya adalah penambahan NVR/DVR. Silahkan ikuti alurnya melalui gambar di bawah.
.
.

Sesaat setelah QR Code di scan, apps akan otomatis mengisi CLOUD ID. Password dan Channel number isi sesuai dengan jumlah channel NVR/DVR. Live View: Sub > maksudnya adalah resolusi yang digunakan saat streaming/memantau cctv secara live view/realtime.
Remote Playback: Main > maksudnya resolusi yang digunakan untuk perekaman, karenanya diisi dengan Main, jika diisi dengan Sub maka tidak akan ada hasil streamingnya alias kosong, kecuali di NVR kita merekam dengan 2 resolusi. Klik tombol SAVE untuk menyimpan penambahan device.
.
Proses penambahan ini saya masukan disini langkahnya karena step ini merupakan step krusial. Penambahan DEVICE di Apps akan secara otomatis menambahkan juga NVR/DVR ke server CLOUD SPC. Dimana list DVR/NVR ini kita bisa lihat? Nanti akan saya perlihatkan sebentar lagi di bawah.
.
Untuk Live View dan Playback secara remote bisa diakses via menu yang terlihat pada langkah ke-2 (lihat gambar di atas).

Menggunakan Browser Internet Explorer

NVR SPC dan variannya (DVR, IP Camera) masih menggunakan ActiveX. ActiveX hanya berjalan di browser Internet Explorer, lain tidak. Walaupun di Chrome dan Firefox ada plugin-nya, tetap saja ke-2 browser tersebut masih “auto generated anaqi DCMA” menggunakan msein Internet Explorer tatkala menggunakan ActiveX, dan malah jadi double processingnya. Jadi saat Device CCTV hanya support ActiveX, jalankan saja menggunakan browser Internet Explorer.
.
Untuk mengakses NVR/DVR via browser, buka address berikut www.spc-cctv.com menggunakan Internet Explorer. Tampilan awalnya seperti berikut:
.
2017-11-03_19-04-34

UserName dan Password diisi dengan akun yang sudah dibikin sebelumnya menggunakan apps. Klik Login, tampilan berikutnya bisa dilihat di bawah. Yang saya beri kotak merah adalah DVR dan NVR yang sudah saya add via Apps SPC PRO Cloud.
.
Device yang online dan bisa diakses via internet ada tanda ceklis hijau. Sedangkan device ke-2 merupakan DVR yang sedang offline dan tidak dapat di akses.
  .
spc via web browser 3
.
Berikut adalah tampilan saat mengkases NVR yang sedang online. Tampilan via CLOUD dan LAN (Lokal) tampilannya persis sama kecuali untuk LAN tanpa menu samping. Ini yang saya suka dari CLOUD SPC, kita bisa mengakses full menu NVR/DVR. Biasanya DVR jadul hanya bisa dilihat gambar saja tanpa menu, jika diakses via CLOUD.
.
spc via web browser nc
.
spc via web browser
.
2017-11-04_01-15-20
Mantepkan? Jadi pastikan untuk para Technical Support supaya registrasi terlebih dahulu, dan usahakan membuat akun tambahan untuk maintenance dan memantau online tidaknya NVR/DVR customer.
.

Menggunakan software desktop SCMS

Software SCMS bisa didapatkan pada CD bawaan NVR/DVR/IP Camera. Apa saja fungsi dan kelebihan software SCMS ini? Saya coba runut satu persatu:
  1. Memantau (Live view) real time banyak NVR/DVR/IP Camera di banyak lokasi.
  2. Memutar ulang (Play back) hasil rekaman NVR/DVR/IP Camera di banyak lokasi.
  3. Setting konfigurasi NVR/DVR dari jarak jauh.
Sebenarnya masih banyak lagi fungsi lainnya seperti Alarm Manager, Record Manager, tapi ke-3 fungsi diatas yang sering digunakan di lapangan.
.
Bagaimanakah tampilannya?
Berikut tampilan awal SCMS. User default admin dan password-nya kosongkan saja.
2017-10-23_15-26-02

Menu utama konfigurasi. Di menu utama inilah operasional live view, playback, remote configuring bisa dieksekusi. Sedikit penjelasan menu yang sering digunakan.

Main View
Digunakan untuk memantau satu atau lebih NVR/DVR/kamera. Di menu Main View ini pula bisa dioperasikannya kamera PTZ.

Playback
Sudah jelas, menu ini digunakan untuk memutar ulang hasil rekaman dari banyak NVR/DVR. Selain itu juga bisa untuk mem-backup hasil rekaman.

RemoteConfig
Digunakan untuk melakukan settingan NVR/DVR secara jarak jauh via jaringan LAN/internet. Semua menu NVR/DVR akan diangkut dan ditampilkan di menu ini.

Configuration
Digunakan untuk mengatur settingan software SCMS ini sendiri seperti pengaturan letak folder untuk perekaman menggunakan SCMS, pengaturan Auto Login, dan pengaturan lainnya.
2017-11-09_18-16-23


Tampilan Main View. Channel yang dilihat bisa dicampur, tidak hanya dari satu NVR/DVR, tapi bisa dari berbagai lokasi disatukan dalam satu view.
PSC SCMS

Tampilan Playback.
2017-11-09_18-21-58

Tampilan Remote Config
2017-10-22_06-04-46

Untuk memulai manajemen NVR/DVR/IP Camera, terlebih dahulu harus ditambahkan device yang dimaksud. Jika yang akan ditambahkan terkoneksi via LAN (Lokal) maka SCMS secara otomatis akan mendeteksi dan menampilkannya di menu DEVICE MANAGER. Jika sudah terdeteksi oleh SCMS, langsung saja ceklist dan klik tombol Add. Jika device yang akan ditambahkan terkoneksi via Internet maka gunakan CLOUD ID. Jangan lupa user name dan password NVR/DVR.

2017-11-09_19-11-19


Kesimpulan

  1. Artikel kali ini hanya menjelaskan secara garis besar kemudahan melihat cctv SPC menggunakan 3 media, yaitu menggunakan Apps SPC PRO Cloud, Browser Internet Explorer, dan software dekstop SCMS.
  2. Walaupun hanya menggunakan CLOUD ID, NVR/DVR tetap bisa diakses FULL FEATURE layaknya via LAN melalui BROWSER INTERNET EXPLORER dan SCMS, dan TIDAK MEMERLUKAN DDNS.
  3. NVR/DVR SPC masih menggunakan ActiveX karenanya tidak bisa diakses secara NATIVE dari browser non IE (CHROME, FIREFOX, dll).
  4. CLOUD ID (P2P) SPC sudah sangat stabil, dan ini yang bikin pede installer. Dengan low budget, cctv yang dipasang selain menghasilkan gambar yang bagus juga koneksi internet yang stabil.
Artikel diatas ditulis berdasarkan hasil pengetesan selama kurang lebih 1 bulan menggunakan NVR SPC. Mohon koreksi dan komentar jika ada kesalahan dan kekurangan.
.
Silahkan share jika dirasa bermanfaat.
.