Showing posts with label Alarm Security System. Show all posts
Showing posts with label Alarm Security System. Show all posts

24 March 2020

Sekilas Tentang Alarm Monitoring (1)

                                                          

Apakah sistem alarm anda sudah terhubung dengan alarm monitoring? Jika ya, maka artikel ini bisa anda lewatkan. Namun jika belum atau malah belum tahu apa itu alarm monitoring, maka tidak ada salahnya bukan jika kami mempostingnya untuk anda? Sebenarnya konsep alarm monitoring bukanlah hal yang baru dalam industri alarm, paling tidak usianya sudah mencapai 30 tahun, bahkan lebih. Kami sendiri baru mengenal konsep ini sekitar tahun 1992, yakni saat pertama kali bekerja di salah satu perusahaan security system di ibukota. Kini, sudah tidak terhitung berapa banyak perusahaan alarm monitoring ini di tanah air, baik perusahaan lokal maupun asing. Pada serial posting kali ini, kami akan membahas seputar topik ini secara bertahap.

Pengertian alarm monitoring bisa dilihat dari beberapa aspek, yaitu:

1. Dari aspek teknis
Alarm monitoring adalah proses pengiriman sinyal alarm dari panel control ke mesin penerima yang dinamakan alarm receiver. Dengan demikian, dapat diketahui dari mana sinyal tersebut berasal, siapa pemiliknya, apa kejadiannya, dan jam berapa tepatnya. Sinyal yang dikiirm berupa data digital dengan menggunakan protokol tertentu. Media yang dipakai untuk mengirimkan sinyal tersebut bisa saluran telepon biasa (kabel), sinyal seluler (GSM) atau media internet (IP).

2. Dari aspek customer
Alarm monitoring adalah upaya agar sistem alarm bisa tersambung secara otomatis dengan penyedia layanan monitoring. Pada saat alarm berbunyi, maka akan ada operator yang menghubungi pemilik. Sebagai kompensasinya, customer membayar sejumlah fee per bulan pada perusahaan tersebut.

3. Dari aspek bisnis
Alarm monitoring adalah perusahaan (provider) yang menerima sinyal alarm dari para pelanggannya. Sinyal alarm yang diterima akan ditindaklanjuti dengan melaporkannya pada pihak terkait, misalnya kepolisian, pemadam kebakaran ataupun unit bantuan medis. 

Oleh karena adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan ini, maka alarm monitoring masih berjalan hingga hari ini.

Untuk dapat mencakup pengertian secara menyeluruh, maka dalam bahasan selanjutnya kami akan fokus pada aspek-aspek:
1. Diagram proses.
2. Jenis media yang dipakai.
3. Istilah-istilah yang  berkaitan.
4. Sekilas problematika teknis di lapangan.
5. Sekilas mengenai prospek masa depan.

Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran awal bagi siapapun yang kelak akan menekuni bidang ini. Nantikanlah paparan kami selanjutnya!

Sumber: tanayaalarm.blogspot.com atas seijin penulis.






Sekilas Tentang Alarm Monitoring (2)

Diagram Proses
Dalam bahasan tentang alarm monitoring sering kita jumpai istilah central monitoring station (CMS) atau alarm receiving center (ARC). Ini adalah sebutan bagi perusahaan penyedia layanan alarm monitoring yang memungut sejumlah monthly fee dari pelanggannya. Secara garis besar, mekanisme alarm monitoring dapat terlihat pada diagram di bawah ini.


Sebenarnya proses reporting sendiri terbilang sederhana dan relatif cepat. Dengan memakai media telepon (PSTN), umpamanya, satu proses yang komplit memakan waktu di bawah satu menit. Selama periode ini, panel mengirimkan sinyal report (reporting event signal) ke receiver alarm di pusat monitoring. Sinyal reporting ini dinyatakan valid oleh receiver apabila mengandung data yang berisi:

1. Account ID (nomor pelanggan)
2. Reporting event code (kode kejadian)
3. Format komunikasi yang dipakai

Setelah semua proses reporting tuntas, receiver akan mengirimkan sinyal konfirmasi balik ke panel. Sinyal ini disebut kiss-off. Sekali panel menerima sinyal kiss-off, maka satu sequence reporting dinyatakan berhasil dan operator CMS harus segera merespon. Namun jika tidak berhasil, panel akan mengulangi reporting hingga beberapa kali sampai berhasil. Nah, upaya panel mengirimkan report sekian kali ini disebut dengan call attempts atau dial attempts. Jika sampai sekian kali reporting tidak kunjung berhasil, maka panel akan mengalami communication failure atau fail communication. Trouble ini tidak bisa dihilangkan, kecuali dengan mengupayakan agar reporting berhasil. Artinya, panel menerima sinyal kiss-off dari receiver.

Account ID, nomor telepon CMS, reporting format, hingga call attempts mesti diprogram dulu oleh teknisi lapangan. Account ID umumnya terdiri dari empat digit, misalkan 3980, 7869 dan sebagainya sesuai dengan policy masing-masing CMS. 

Sementara itu reporting event code dan format komunikasi harus mengacu pada standar yang sudah ditetapkan oleh industri alarm, misalnya contact ID (CID), SilentKnight, SIA dan lain sebagainya. 

Keseluruhan proses dari receiver diteruskan ke software monitoring melalui apa yang dinamakan automation output. Dengan demikian, data yang diterima receiver bisa ditampilkan oleh software sebagai: nama customer, alamat, jenis serta jam dan tanggal kejadian, nomor zone dan banyak lagi. Tergantung dari kecanggihan software inilah, satu alarm monitoring company bisa disebut bagus atau tidak. Tentu saja ini hanya salah satu kriteria penilaian saja, sebab bisa saja satu alarm company menggunakan software yang custom-made, tetapi memiliki reputasi baik dan client yang terbilang banyak.  Kriteria lainnya adalah seberapa cepat respon yang diberikan oleh operator saat terjadi alarm di tempat kita. Mengenai kriteria alarm monitoring company yang bagus, insya Allah ada bahasan tersendiri nanti.

Media Komunikasi
Idealnya, untuk mengirimkan alarm reporting diperlukan media penyalur yang benar-benar reliable. Sayangnya, reliabilitas ini selalu berbenturan dengan harga (trade off) dimana dalam hal ini kita semua sudah sama-sama mafhum. Adapun secara garis besar, media komunikasi alarm monitoring terbagi 2 (dua):

1. Jalur kabel, yaitu line telkom (PSTN) dan internet kabel (ADSL). 
2. Jalur udara, yaitu gsm landline, internet via gsm/gprs, sms atau mms. 

Dengan demikian terdapat dua jalur komunikasi yang bisa dipilih, yaitu jalur tradisional dan over internet (IP). Pilihan kedua ini membawa dampak bagi penyedia layanan CMS tradisional, sebab jika tidak ingin "ketinggalan jaman", ia harus menyediakan koneksi internet dengan alamat IP yang statik (fixed) dan -sudah barang tentu- membeli lagi perangkat IP receiver di ruang controlnya. Di sisi lain, customer pun perlu memiliki apa yang dinamakan IP module yang saat ini harganya masih terbilang mahal. Selain itu, kecenderungan untuk beralih ke IP saat ini masih terlihat rendah.

Kami masih asing dengan alarm monitoring via layanan sms (apalagi mms), sebab biasanya fitur sms pada alarm ini ditujukan langsung ke end-user, tanpa melibatkan perusahaan monitoringKami tidak tahu persis perusahaan mana yang sudah menerapkan metoda ini di tanah air (atau kami ketinggalan jaman!). Secara teknis, tingkat keberhasilan sms di tanah air kita saat ini sudah terbilang baik, sehingga konsep ini bisa dipakai. Untuk itu, provider monitoring perlu menyediakan (lagi) unit gsm communicator sebagai sms server yang dihubungkan dengan software. Sebenarnya ada banyak pabrikan yang membuat unit ini, lengkap dengan bundling softwarenya. Jika akan diintegrasikan dengan monitoring software, maka perlu ditelaah dulu kompatibilitasnya dengan standar yang dipakai oleh industri alarm.


Sumber: tanayaalarm.blogspot.com atas seijin penulis.

18 March 2020

Beberapa Fitur Alarm yang Menarik


Boleh jadi saat ini anda sudah memasang sistem alarm di rumah, tetapi belum sepenuhnya memanfaatkan fitur yang ada. Bisa jadi pula, saat ini anda sedang mencari sistem alarm murah, namun menginginkan fitur yang lumayan lengkap walaupun tidak terlalu canggih. Pada posting mendatang insya Allah kami akan mengulas beberapa diantara sekian banyak fitur alarm yang tergolong menarik. Layaknya pemilihan "gol-gol terbaik" versi pengamat sepakbola dan polling pemirsa televisi, kali ini kamipun akan menyeleksi sejumlah fitur alarm yang dinilai menarik berdasarkan pada kriteria "kenyamanan dan ketenangan dalam menggunakannya". Nah, fitur apa sajakah itu? Apakah alarm andapun memilikinya? 

1. Double Knock
Fitur ini mengharuskan satu zone ter-trigger dua kali sebelum waktu habis (di bawah 30 detik). Saat terjadi deteksi yang pertama, panel belum menganggapnya sebagai alarm. Jika di bawah 30 detik dari deteksi pertama tadi ada deteksi kedua, barulah terjadi alarm. Fitur ini sangat berguna untuk menekan tingkat false alarm dari sensor PIR (Passive Infra Red)  khususnya di area outdoor, sehingga kita akan lebih nyenyak tidur, tanpa khawatir terganggu oleh false alarm.

2. No Activity Arming
Fitur yang memungkinkan sistem alarm aktif secara otomatis pada saat sudah tidak ada lagi kegiatan di satu ruangan. Contohnya saat semua karyawan kantor pulang, maka dalam beberapa saat lagi sistem alarm akan aktif secara otomatis.

3. Automatic Arm
Berbeda dengan fitur sebelumnya, maka fitur Auto Arm memungkinkan panel alarm aktif pada jam yang sudah ditentukan, misalnya aktif setiap hari jam 10 malam. Namun, bisa juga berbeda, misalkan Senin sampai Jum'at pukul 9 malam, sedangkan hari Sabtu pukul 11 malam. Jadi jika owner termasuk orang yang pulang ke rumah dengan jadwal tetap, fitur ini sangatlah berguna, karena alarm tidak perlu diaktifkan secara manual.

4. Automatic Disarm
Jika owner termasuk orang yang bangun agak siang (dan rata-rata seperti itu!), maka fitur ini memungkinkan alarm mati sendiri secara otomatis pada jam tertentu, misalkan pukul 06.00. Dengan begitu, owner tidak perlu bangun dulu untuk mematikan alarm lantaran pembantu mau membuka pintu garasi atau menyapu halaman.

5. Automatic Dialer
Saat alarm di rumah berbunyi, fitur ini memungkinkan panel menghubungi telepon rumah kerabat maupun ponsel kita sendiri. Tergantung dari merk alarmnya, maka saat telepon diangkat, akan terdengar nada siren disertai dengan jumlah ketukan yang menyatakan nomor zone. Misalkan, nada siren yang disertai dengan tiga kali "tut" menyatakan alarm terjadi di zone 3 dan seterusnya. Fitur ini sangat berguna bagi owner dan sudah menjadi standar bagi kebanyakan merk alarm terkenal.

6. Telephone Arm Disarm
Fitur ini memungkinkan owner untuk mengaktifkan dan mematikan sistem alarm-nya dari pesawat telepon ataupun ponsel. 

7. Interior Stay Away
Fungsi yang membuat sensor di dalam ruangan  secara otomatis tidak aktif selama owner tinggal di rumah dan belum tidur.

8. Listen In
Fitur yang memungkinkan penerima telepon bisa menyadap suara-suara di dalam rumah, seperti gagang telepon yang digelantungkan atau disimpan di atas meja.

9. SMS Sender
Fitur yang akan mengirimkan SMS saat terjadi alarm atau trouble ke beberapa nomor sekaligus. 

10. Internet, LAN dan Smart Phone 
Fitur pengoperasian alarm "masa depan" yang sudah bisa dinikmati sebagiannya hari ini, baik melalui laptop, gadget ataupun smart phone dari berbagai platform (operating system). Perkembangan gadget yang demikian pesat saat ini (ditandai oleh dominasi iPad disusul dengan Android) mengharuskan produsen alarm membuat aplikasi yang mendukung fitur ini, jika tidak mau ketinggalan.

Idealnya semua fitur itu sudah tertampung dalam satu panel alarm, tanpa memerlukan alat tambahan lagi. Namun dengan mempertimbangkan faktor teknis, biaya produksi dan penetrasi pasar (sebab tidak semua orang memerlukannya), maka beberapa diantara fitur itu masih belum standar, sehingga memerlukan alat tambahan lagi yang harganya cukup mahal.

Sumber: tanyaalarm.blogspot.com.

14 March 2020

Mengenal Istilah Alarm (Bagian 2)

Zone List
Zone list adalah daftar nomor zone beserta lokasinya. Biasanya pabrik menyediakan stiker khusus untuk diisi dan ditempel di balik penutup keypad, sehingga user bisa mengingat lokasi zone dengan mudah, misalnya:

Zone
Location
1
MC Pintu Garasi/Pintu Utama
2
MC Jendela R.Tamu
3
PIR R.Tamu
4
MC Pintu Tengah
5
MC R.Tidur Utama
6
MC Jendela R.Tidur 3,4
7
MC+PIR Kantor
8
PIR Hal.Belakang


MC menyatakan sensor Magnetic Contact (Door Contact) sedangkan PIR menyatakan sensor Passive Infra Red. Oleh karena stiker Zone List ini umumnya berukuran kecil, maka adakalanya penamaan zone terpaksa disingkat, misalnya "J.R.Tdr.Ut" untuk menyatakan jendela ruang tidur utama atau "Pnt.Grs" untuk pintu garasi dan sebagainya. Atau ada yang menyebutkan dengan tipe zonenya, misalnya "MC Pnt.Ut. (Dly)" yang artinya MC pintu utama dengan sifat delay atau "EM R.Tidur (24H)" yang maksudnya tombol emergency di ruang tidur (sifatnya 24H) dan seterusnya.  Pendeknya, penamaan zone ini terserah masing-masing, yang penting mudah diingat. O, ya, lokasi zone ini sangat membantu Teknisi dalam menyervis seandainya terjadi trouble pada sistem alarm kita.

Keypad
Bagi teknisi alarm, keypad berfungsi untuk melakukan programming. Sedangkan bagi user adalah untuk mengoperasikan sistem. Dilihat dari modelnya, maka dikenal dua jenis keypad yang populer, yaitu keypad jenis LED dan LCD, seperti terlihat di bawah ini. 

                                                                LED Keypad

                                                                                                           LCD Keypad

Keypad LED (singkatan dari Light Emitting Diode) hanya berupa deretan lampu yang mewakili nomor zone. Lampu ini menyala saat ada zone yang terlanggar dan berkedip saat terjadi alarm. Keypad LCD (singkatan dari Liquid Crystal Display) tampil dengan bentuk huruf dan angka, sehingga lebih informatif. Tampak pada gambar, keypad LCD bisa menampilkan jam dan tanggal. Selain itu nomor zone-nyapun bisa diberi nama, misalnya: Pintu Garasi, Jendela Depan, Pintu Utama dan lainnya. Dengan begitu, user tidak perlu mengingat-ingat nomor zone dan lokasinya seperti pada keypad LED.

Bypass / Isolate
Bypass adalah menon-aktifkan salah satu zone atau lebih untuk sementara waktu, sedangkan zone lainnya aktif. Misalkan untuk pintu dapur ke ruang makan, maka kita bisa menon-aktifkan Z4 ini untuk sementara waktu. Atau sebagai alternatif lain, kita bisa memanfaatkan feature Force Arm dengan membiarkan pintu ini terbuka sedikit saat sistem alarm diaktifkan. Jika khawatir akan bahaya, maka anda bisa melengkapi pintu lainnya dengan rantai penahan atau teralis (teknisnya terlalu detail, tapi kami harap anda bisa membayangkannya).

User Code
User Code adalah "PIN" yang dipakai user untuk mengoperasikan sistem alarm, baik mengaktifkan, mematikan, membypass zone, mematikan bunyi siren dan mengatur fungsi lainnya. Ada "kebiasaan" yang sebenarnya harus dihilangkan, yaitu Teknisi tidak mengubah Master Code asli  "1234" menjadi code lain. Ini bisa jadi sangat berbahaya, karena code ini mudah sekali ditebak. Oleh sebab itu, segeralah ajarkan kepada user cara mengganti code 1234 ini dengan code yang dia kehendaki.

Installer Code
Ini adalah "PIN" teknisi untuk masuk ke dalam menu program panel alarm. Code inipun jarang sekali diganti dari aslinya dan bisa jadi "orang lain"pun bisa masuk ke dalam menu programming.

Chime 
Chime adalah bunyi kecil pada keypad saat ada sensor yang mendeteksi, tetapi tidak disertai bunyi sirine, karena sistem sedang tidak aktif (Disarm). Feature ini berguna untuk mengetahui kehadiran seseorang di ruangan atau pada saat melakukan pengujian sensor PIR (Walk Test), tanpa membunyikan sirine.

Ready
Apabila lampu Ready pada keypad menyala, itu artinya semua sensor dalam kondisi normal. Dengan kata lain, semua pintu dan jendela sudah tertutup dan sistem alarm siap untuk diaktifkan (Arm). Namun, apabila lampu Ready ini mati, maka tandanya masih ada zone yang belum normal (masih ada pintu atau jendela yang terbuka atau sensor Beam yang terhalang mobil parkir atau pohon). Dalam kondisi ini, sistem alarm tidak bisa diaktifkan, kecuali dengan menutup pintu/jendela terlebih dulu atau mem-bypass zone tersebut. 

Trouble
Trouble atau gangguan pada sistem alarm pada umumnya ada tiga yang utama, yaitu: Listrik Mati (AC Failure), Baterai Lemah (Low Batt) dan Telepon Gagal Menghubungi (Fail Comm). Selain itu sistem akan mengindikasikan trouble apabila kabel sirinenya putus (Bell Circuit Trouble). Trouble pada alarm pada umumnya bisa diatasi sendiri oleh user, kecuali jika sudah menyangkut instalasi kabel dan False Alarm. Pada saat terjadi trouble, keypad akan berbunyi secara periodik dan lampu System menyala berkedip-kedip. Trouble ini ada yang bisa pulih sendiri (self restore), seperti listrik mati dan low batt, namun ada pula yang perlu penanganan Teknisi, semisal kabel putus atau telepon yang gagal menghubungi handphone pemilik maupun  dialing ke  Central Monitoring Service (CMS).

Bell Duration (Siren Time)
Ini menyatakan berapa lama sirine berbunyi saat alarm terjadi. Pada kebanyakan merk panel, waktu bunyi sirine ini bisa diatur dari 1 menit hingga 255 menit (lebih 4 jam!). Harga yang umum diprogram oleh Teknisi biasanya sekitar 2 - 4 menit saja, kecuali ada permintaan khusus dari customer. Perlu diketahui, walaupun bunyi sirine telah berhenti, namun sistem alarm tetap aktif selama belum dimatikan (Disarm) melalui PIN. Artinya, saat pencuri kembali melakukan aksinya, maka sirine akan berbunyi lagi dan lagi, sampai waktu habis dan sistem dimatikan.

False Alarm (Alarm Palsu)
Ini adalah istilah untuk menyatakan gangguan alarm yang paling sering terjadi, yaitu berupa bunyi sirine, tetapi bukan disebabkan oleh adanya pencuri.

Swinger Shutdown
Menyatakan berapa kali satu zone boleh mendeteksi setelah waktu siren habis selama sistem belum dimatikan. Tujuannya adalah untuk mengurangi tingkat kebisingan suara dan mengurangi traffic report ke Central Monitoring Station (CMS).  

Central Monitoring Station (CMS)
Merupakan perusahaan swasta yang menyediakan layanan penerimaan sinyal alarm dari client-nya (disebutnya Account).  Selanjutnya CMS memungut sejumlah fee dari client sesuai dengan paket yang disepakati. Nantinya semua aktivitas alarm di tempat client akan diawasi penuh oleh CMS, termasuk pada saat situasi darurat (emergency) yang memerlukan bantuan aparat berwenang, seperti polisi, tenaga medis atau pemadam kebakaran. Komunikasi antara panel alarm dengan "mesin" CMS dilakukan secara otomatis, baik melalui saluran telepon biasa (PSTN),  GSM, bahkan melalui internet (IP). Mesin CMS ini biasa disebut dengan istilah Alarm Receiver.

Sumber: tanyaalarm.blogspot.com.

13 March 2020

Mengenal Istilah Alarm (Bagian 1)


Kali ini kami akan menjelaskan tentang istilah-istilah yang sering dipakai dalam bidang Alarm atau Security System. Sebagaimana diketahui, cara terbaik dalam upaya menguasai satu bidang adalah mengenal jargon (istilah) yang dipakai dalam bidang itu. Pernahkah anda mendengar istilah-istilah: Zone, Arm, Disarm, Bypass, Home Arming, Isolate, Stay Arming, Away Arming, Exit/Entry Delay, Instant dan lainnya? Atau bagi Teknisi, tahukah anda dengan istilah ini: Cross Zone, Swinger Shutdown, Loop Response Time, Dialing Attempts, No Activity Arming?  Mungkin beberapa diantaranya sudah, mungkin pula sering atau malah belum mendengar sama sekali istilah-istilah di atas. Nah, untuk sekadar memperluas wawasan, tidak ada salahnya toh jika kita bahas lagi soal ini?

Sebelum memulai pembahasan inti, ada baiknya kita melihat dulu blok diagram dari satu sistem alarm. Sistem alarm, baik yang sederhana maupun yang kompleks, selalu terdiri dari bagian-bagian seperti pada ilustrasi di bawah ini.


Seperti diketahui, suatu sistem akan selalu terdiri dari berbagai komponen yang saling berinteraksi satu sama lain. Apabila salah satunya tidak ada, maka bukan dikatakan satu sistem, karena tidak akan bekerja. Demikian pula jika salah satunya mengalami kerusakan, maka dikatakan sistem tersebut mengalami gangguan (trouble), sehingga tidak bekerja normal. Bagi yang belum mengikuti bahasan dasar mengenai korelasi antar bagian tersebut, silakan melihat kembali uraian kami di sini.

Nah, sekarang bagaimana implementasinya? Baiklah, perhatikan denah rumah tinggal yang sudah terpasang sistem alarm di dalamnya. Door Contact dipasang di setiap pintu masuk dan jendela yang sudah dikelompokkan ke dalam beberapa zone. Penomoran zone di bawah ini hanya sekadar contoh. 



Berikut ini istilah umum yang dipakai pada instalasi Alarm Rumah.

Arm Disarm
Istilah ini adalah untuk menyatakan apakah sistem sedang aktif (arm) ataukah sudah dimatikan (disarm). Perlu diketahui, alarm tidak mengenal istilah on dan off. Sebabnya adalah sistem alarm tidak boleh di-"on-off" melalui power seperti pada peralatan listrik lainnya. Oleh sebab itu, istilahnya menjadi arm atau disarm.

Zone
Zone adalah pembagian atau pengelompokan area yang diproteksi oleh sensor. Seperti terlihat pada ilustrasi di atas, maka Zone 1 adalah Door Contact di pintu utama dan pintu samping. Zone 2 adalah jendela ruang tamu dan ruang makan. Zone 3 adalah jendela ruang tidur utama dan seterusnya. Tidak ada ketentuan pasti mengenai penomoran zone ini. Pada umumnya ditentukan oleh teknisi pemasang dengan memperhatikan kondisi rumah. Kendati demikian, aspek kenyamanan dan kemudahan operasional perlu diperhatikan, sehingga user tidak merasa kesulitan dalam mengoperasikannya sehari-hari.

Exit/Entry Zone (disingkat E/E Zone)
Saat user akan meninggalkan rumah, maka beberapa zone harus diprogram sebagai Exit/Entry Zone atau disebut juga Delay Zone. Zone ini akan memberikan waktu tunda (delay time) yang cukup, agar user bisa keluar dan masuk melalui zone ini dengan leluasa, tanpa khawatir membunyikan siren. Seperti pada gambar di atas, maka Zone 1 berperan sebagai Exit/Entry Zone, karena hanya lewat zone inilah user akan keluar atau masuk ke dalam rumah.

Away Arm
Saat akan keluar rumah (dan rumah ditinggal kosong), maka user mengaktifkan alarm melalui keypad (KP). Bersamaan dengan itu, maka waktu tunda untuk keluar (exit delay time) akan menghitung mundur, misalkan dari 45 detik sampai habis. Periode ini disebut exit delay time, yang mana Zone 1, Zone 4 dan Zone 6 bisa dilalui dengan aman sebelum waktu exit time habis (expired). Pada beberapa merk alarm, saat exit time berlangsung, semua Zone belum memberikan reaksi apapun. Setelah exit delay habis dan user sudah keluar rumah, maka sistem alarm akan Aktif (istilahnya Armed).

Saat user kembali ke rumah, maka tentu saja ia akan masuk melalui pintu utama. Saat pintu utama (Z1) atau pintu dapur (Z6) dibuka, maka siren tidak langsung berbunyi, melainkan ada waktu tunda beberapa saat tergantung nilai yang diprogram oleh teknisi, katakanlah 30 detik. Periode ini disebut dengan entry delay time dan user bisa mematikan sistem melalui Access Code (PIN) pada keypad, agar siren tidak berbunyi. Proses mematikan sistem ini dinamakan Disarm.

Instant Zone
Sesuai dengan namanya, maka Instant Zone adalah zone yang langsung membunyikan alarm saat dilanggar, tanpa ada waktu tunda lagi. Dalam contoh, maka Zone 2, Zone 3 dan Zone 5 masing-masing diprogram sebagai Instant Zone. Apa sebab? Ya, karena user tidak akan masuk atau keluar melalu jendela, sehingga tidak perlu waktu tunda.


Follower Zone
Mungkin ada yang bertanya, mengapa hanya Zone 1 yang dibuat Delay. Bukankah saat keluar atau masuk melalui dapur (Z6), user pun akan melewati Zone 4? Ya, benar dan inilah saat yang bagus untuk menjelaskan mengenai istilah Follower Zone. Zone 4 bisa dibuat sebagai Follower Zone, yaitu zone yang sifatnya mengikuti keadaan Zone Delay. Pengertiannya sebagai berikut:  saat user keluar atau masuk ke dalam rumah dari Zone 1, maka periode entry delay akan berlangsung. Secara otomatis Zone 4 pun akan "ikut-ikutan" delay juga, sehingga user bisa melewatinya dengan aman, tanpa menyebabkan alarm. Akan tetapi, jika tidak ada delay yang sedang berlangsung, maka Zone 4 akan menjadi Instant. Artinya, pencuri yang masuk dari pintu belakang dapur dan langsung ke ruang makan akan menyebabkan alarm langsung berbunyi. 

Interior Stay/Away Zone
Zone ini jarang dimanfaatkan oleh Teknisi, padahal cara kerjanya cukup menarik. Misalkan user menambahkan sensor PIR di dalam ruangan tamu, sedangkan ia mengobrol hingga larut malam. Nah, dalam kondisi ada tamu seperti itu, user bisa mengaktifkan sistem alarm dengan aman asalkan delay zone tidak dilalui (tidak ada yang keluar rumah). Setelah sistem aktif (armed), maka secara otomatis PIR di ruangan tamu ini akan "mati" (istilahnya bypassed) sementara semua zone lain aktif. Dengan demikian, user bebas mengobrol dengan tamu di ruangan tersebut, tanpa khawatir terdeteksi PIR. Saat tamu hendak pulang, maka user bisa memanfaatkan feature Quick Exit seraya membuka pintu utama, tanpa menyebabkan alarm berbunyi. 

Force Arm
Perhatikan kembali kasus tamu di atas. Bagaimanakah jika owner ada keperluan ke dapur, sedangkan di sana ada pintu yang harus dilalui (Z4)? Solusinya: pada saat mengaktifkan sistem -jika dirasa aman- pintu Z4 bisa dibiarkan terbuka selama ada tamu. Mengaktifkan alarm pada saat ada pintu atau zone yang terbuka disebut Force Arm

Zone 24H
Zone 24H adalah sebutan bagi zone yang bisa langsung membunyikan siren, tanpa melihat apakah sistem sedang arm ataupun disarm. Biasanya zone ini berupa tombol emergency atau panic button (24H Burglary) dan detector kebakaran seperti smoke detector, heat detector ada sejenisnya (24H Fire).

Sumber: tanyaalarm.blogspot.com.

15 February 2020

Membuat Partisi pada DSC Power Series

Fungsi Partisi pada alarm adalah agar satu panel dapat digunakan oleh dua pemakai yang independen (sharing). Contohnya apabila ada dua kantor yang menempati lantai 1 dan 2 , maka satu panel alarm dibuat agar masing-masing kantor bisa mengoperasikan alarmnya sendiri-sendiri (independen). Sedangkan untuk keypadnya bisa hanya satu (dipakai bersamaan) atau dua (satu keypad pada setiap kantor). Jika hanya satu, maka keypad harus berada di luar kedua kantor, misalnya di coridor keluar masuk atau di dekat tangga. Pembagian zone boleh dilakukan bebas. Adapun di bawah ini hanyalah contoh. Misalnya:

Zone 1, 2, 3, 4 = ada di Partisi 1 (Kantor 1)
Zone 5, 6, 7, 8 = ada di Partisi 2 (Kantor 2)
User 1 = 1111 berlaku di Partisi 1.
User 2 = 2222 berlaku di Partisi 2.



1. Program

Section
Isi
Keterangan
[201]
[2] [#]
LED 1&2 = ON 
(Partition 1 and 2 Enabled)
[202]
[Zone 5,6,7,8 = OFF] [#]
[Zone 1,2,3,4 = tetap ON (Enable)
[210]
[Zone 5,6,7,8 = ON] [#]
-
[005] [01]
[XXX] [XXX] [XXX]
[XXX]= Entry Delay 1,  Entry Delay 2 dan Exit Delay  (untuk Partisi 1) 
[02]
[XXX] [XXX] [XXX] [#]
[XXX]= Entry Delay 1,  Entry Delay 2 dan Exit Delay  (untuk Partisi 2)

  2.  Buat User Code
      Misalnya:  1111 = User 1 dan  2222 = User 2
      Caranya:  
      [*] [5] [Master Code]  [01] [1111]    [02][2222]   [#] [#]

   3. Buat Atribut User 
       Caranya:  [*][5][Master Code] [98][01]         (Biarkan LED 1=ON)     [#]
                       [98][02]                                                     (Hidupkan LED 2)          [#]
                         [#][#]

   4. Pengujian
      Ciri bahwa Partisi 2 sudah bekerja pada contoh di atas adalah pada saat zone 5, 6, 7, 8   di open/short, keypad tetap Ready.  Ini disebabkan karena keypad sedang berada di Partisi 1 (default).

     5. Cara Pindah ke Partisi 2
       Agar zone pada Partisi 2 terdisplay pada keypad,  user harus berpindah dari Partisi 1 ke Partisi 2.

Caranya: 
Pada keypad tahan [#]  (sampai terdengar beep),  lalu tahan [2] (sampai terdengar beep).  Kemudian ganggulah Zone 5, 6, 7 dan 8.  Maka zone tersebut akan muncul dan lampu Ready akan mati.  Ini pertanda Partisi 2 sudah normal.   

Setelah 30 detik kemudian, keypad akan kembali ke Partisi 1 (default). 

Jadi untuk melakukan Arming/Disarming pada Partisi 2, kita harus "pindah" dulu ke Partisi 2 seperti di atas, lalu lakukanlah Arm/Disarm dengan code untuk Partisi 2 (Contoh: 2222).  Jika memakai code untuk Partisi 1, maka sistem tidak bisa arm/disarm. 

Status Armed Partisi 2 ini akan “mati” setelah 30 detik. Ini disebabkan keypad telah “pindah” lagi ke Partisi 1 (default).  Untuk melihat lagi status Partisi 2, lakukanlah perpindahan partisi seperti contoh di atas. Demikian seterusnya.
  
Keypad Tambahan
Bisa juga ditambahkan satu keypad lagi yang dikhususkan untuk Partisi 2, sehingga kita tidak perlu pindah-pindah Partisi lagi. Untuk itu pada keypad kedua ini kita harus program:

[*]  [8]  [Installer Code]  [000] [0]  [22]  [#]  [#]    -->  Partisi 2 / Slot 2

Selesai.

Memasang Zone Expander PC5108 pada PC1616


Zone Expander berfungsi untuk memberikan 8-zone tambahan pada sistem, sehingga diperoleh area proteksi yang lebih banyak. Berikut langkah praktis untuk menambahkan satu Expander pada Panel DSC PC1616.


1.  Hubungkan kabel Keybus (RBYG) dari expander ke terminal keypad pada panel.
2.  Jumperlah terminal TAM dengan BLK pada expander (terminal VAUX tidak dipakai).
3.  Pastikan jumper J1=OFF, J2=ON, J3=ON (pada expander).
4.  Tutup dulu zone Z1-Z8 pada expander dengan resistor 5K6.
5.  Power up panel.
6.  Masuk Program seperti biasa, lalu tekan [903] dan tunggulah sebentar.

7.  Pastikan angka 1 dan 9 menyala pada keypad.
8.  Keluar program dengan menekan [#] [#].

Selanjutnya:
9.  Masuk lagi ke program dengan menekan [*][8] [Installer Code].
10.  Pada [001] programlah definisi zone dari 01 sampai 16 seperti biasa.
11.  Pada [020] isilah 07,  08,  [#].
12.  Pada [202] enable-kan display 1 sampai dengan 8 (zone 1 sampai 8) [#].
12.  Pada [203] enable-kan display 1 sampai dengan 8 (zone 9 sampai 16) dengan asumsi semua zone ini masuk ke Partisi 1.
13.  Keluar program, tekan [#][#].

Catatan Tambahan
Pembagian Zone pada PC1616 adalah seperti ini:
-  Zone sampai 6 terletak pada mainboard panel alarm.
-  Zone 7 terletak pada keypad utama (Z-B).

-  Zone 8 terletak pada keypad tambahan (jika dipasang).  Jika keypad hanya satu, maka   Zone 8 akan “hilang”.
-  Zone 9 sampai 16 terletak pada expander (pada terminal zone 1 – 8).

Keterangan:
Jika keypad kedua dipasang, maka pada keypad tersebut tekan: [*][8][Installer Code] [000][0][12][#][#] supaya keypad tersebut bisa membaca zone 8.


Namun jika keypad ini tidak dipasang, maka zone 8 akan “blank” (tidak ada).  Jadi setelah Zone 7 langsung loncat ke Zone 9, yaitu terminal Z1 pada Expander. Akan tetapi secara keseluruhan sistem bekerja normal.