Diagram Proses
Dalam bahasan tentang alarm monitoring sering kita jumpai istilah central monitoring station (CMS) atau alarm receiving center (ARC). Ini adalah sebutan bagi perusahaan penyedia layanan alarm monitoring yang memungut sejumlah monthly fee dari pelanggannya. Secara garis besar, mekanisme alarm monitoring dapat terlihat pada diagram di bawah ini.
Sebenarnya proses reporting sendiri terbilang sederhana dan relatif cepat. Dengan memakai media telepon (PSTN), umpamanya, satu proses yang komplit memakan waktu di bawah satu menit. Selama periode ini, panel mengirimkan sinyal report (reporting event signal) ke receiver alarm di pusat monitoring. Sinyal reporting ini dinyatakan valid oleh receiver apabila mengandung data yang berisi:
1. Account ID (nomor pelanggan)
2. Reporting event code (kode kejadian)
3. Format komunikasi yang dipakai
Setelah semua proses reporting tuntas, receiver akan mengirimkan sinyal konfirmasi balik ke panel. Sinyal ini disebut kiss-off. Sekali panel menerima sinyal kiss-off, maka satu sequence reporting dinyatakan berhasil dan operator CMS harus segera merespon. Namun jika tidak berhasil, panel akan mengulangi reporting hingga beberapa kali sampai berhasil. Nah, upaya panel mengirimkan report sekian kali ini disebut dengan call attempts atau dial attempts. Jika sampai sekian kali reporting tidak kunjung berhasil, maka panel akan mengalami communication failure atau fail communication. Trouble ini tidak bisa dihilangkan, kecuali dengan mengupayakan agar reporting berhasil. Artinya, panel menerima sinyal kiss-off dari receiver.
Account ID, nomor telepon CMS, reporting format, hingga call attempts mesti diprogram dulu oleh teknisi lapangan. Account ID umumnya terdiri dari empat digit, misalkan 3980, 7869 dan sebagainya sesuai dengan policy masing-masing CMS.
Account ID, nomor telepon CMS, reporting format, hingga call attempts mesti diprogram dulu oleh teknisi lapangan. Account ID umumnya terdiri dari empat digit, misalkan 3980, 7869 dan sebagainya sesuai dengan policy masing-masing CMS.
Sementara itu reporting event code dan format komunikasi harus mengacu pada standar yang sudah ditetapkan oleh industri alarm, misalnya contact ID (CID), SilentKnight, SIA dan lain sebagainya.
Keseluruhan proses dari receiver diteruskan ke software monitoring melalui apa yang dinamakan automation output. Dengan demikian, data yang diterima receiver bisa ditampilkan oleh software sebagai: nama customer, alamat, jenis serta jam dan tanggal kejadian, nomor zone dan banyak lagi. Tergantung dari kecanggihan software inilah, satu alarm monitoring company bisa disebut bagus atau tidak. Tentu saja ini hanya salah satu kriteria penilaian saja, sebab bisa saja satu alarm company menggunakan software yang custom-made, tetapi memiliki reputasi baik dan client yang terbilang banyak. Kriteria lainnya adalah seberapa cepat respon yang diberikan oleh operator saat terjadi alarm di tempat kita. Mengenai kriteria alarm monitoring company yang bagus, insya Allah ada bahasan tersendiri nanti.
Media Komunikasi
Idealnya, untuk mengirimkan alarm reporting diperlukan media penyalur yang benar-benar reliable. Sayangnya, reliabilitas ini selalu berbenturan dengan harga (trade off) dimana dalam hal ini kita semua sudah sama-sama mafhum. Adapun secara garis besar, media komunikasi alarm monitoring terbagi 2 (dua):
1. Jalur kabel, yaitu line telkom (PSTN) dan internet kabel (ADSL).
2. Jalur udara, yaitu gsm landline, internet via gsm/gprs, sms atau mms.
Dengan demikian terdapat dua jalur komunikasi yang bisa dipilih, yaitu jalur tradisional dan over internet (IP). Pilihan kedua ini membawa dampak bagi penyedia layanan CMS tradisional, sebab jika tidak ingin "ketinggalan jaman", ia harus menyediakan koneksi internet dengan alamat IP yang statik (fixed) dan -sudah barang tentu- membeli lagi perangkat IP receiver di ruang controlnya. Di sisi lain, customer pun perlu memiliki apa yang dinamakan IP module yang saat ini harganya masih terbilang mahal. Selain itu, kecenderungan untuk beralih ke IP saat ini masih terlihat rendah.
Kami masih asing dengan alarm monitoring via layanan sms (apalagi mms), sebab biasanya fitur sms pada alarm ini ditujukan langsung ke end-user, tanpa melibatkan perusahaan monitoring. Kami tidak tahu persis perusahaan mana yang sudah menerapkan metoda ini di tanah air (atau kami ketinggalan jaman!). Secara teknis, tingkat keberhasilan sms di tanah air kita saat ini sudah terbilang baik, sehingga konsep ini bisa dipakai. Untuk itu, provider monitoring perlu menyediakan (lagi) unit gsm communicator sebagai sms server yang dihubungkan dengan software. Sebenarnya ada banyak pabrikan yang membuat unit ini, lengkap dengan bundling softwarenya. Jika akan diintegrasikan dengan monitoring software, maka perlu ditelaah dulu kompatibilitasnya dengan standar yang dipakai oleh industri alarm.
Sumber: tanayaalarm.blogspot.com atas seijin penulis.
Media Komunikasi
Idealnya, untuk mengirimkan alarm reporting diperlukan media penyalur yang benar-benar reliable. Sayangnya, reliabilitas ini selalu berbenturan dengan harga (trade off) dimana dalam hal ini kita semua sudah sama-sama mafhum. Adapun secara garis besar, media komunikasi alarm monitoring terbagi 2 (dua):
1. Jalur kabel, yaitu line telkom (PSTN) dan internet kabel (ADSL).
2. Jalur udara, yaitu gsm landline, internet via gsm/gprs, sms atau mms.
Dengan demikian terdapat dua jalur komunikasi yang bisa dipilih, yaitu jalur tradisional dan over internet (IP). Pilihan kedua ini membawa dampak bagi penyedia layanan CMS tradisional, sebab jika tidak ingin "ketinggalan jaman", ia harus menyediakan koneksi internet dengan alamat IP yang statik (fixed) dan -sudah barang tentu- membeli lagi perangkat IP receiver di ruang controlnya. Di sisi lain, customer pun perlu memiliki apa yang dinamakan IP module yang saat ini harganya masih terbilang mahal. Selain itu, kecenderungan untuk beralih ke IP saat ini masih terlihat rendah.
Kami masih asing dengan alarm monitoring via layanan sms (apalagi mms), sebab biasanya fitur sms pada alarm ini ditujukan langsung ke end-user, tanpa melibatkan perusahaan monitoring. Kami tidak tahu persis perusahaan mana yang sudah menerapkan metoda ini di tanah air (atau kami ketinggalan jaman!). Secara teknis, tingkat keberhasilan sms di tanah air kita saat ini sudah terbilang baik, sehingga konsep ini bisa dipakai. Untuk itu, provider monitoring perlu menyediakan (lagi) unit gsm communicator sebagai sms server yang dihubungkan dengan software. Sebenarnya ada banyak pabrikan yang membuat unit ini, lengkap dengan bundling softwarenya. Jika akan diintegrasikan dengan monitoring software, maka perlu ditelaah dulu kompatibilitasnya dengan standar yang dipakai oleh industri alarm.
Sumber: tanayaalarm.blogspot.com atas seijin penulis.
0 komentar:
Post a Comment
Maaf jika ada pertanyaan yang tidak saya jawab, dikarenakan kesibukan penulis yang tidak memungkinkan untuk selalu online. Dan mohon maaf untuk iklan dengan terpaksa saya hapus.