Showing posts with label Access System. Show all posts
Showing posts with label Access System. Show all posts

17 March 2020

Kolaborasi CCTV dengan Mesin Absensi untuk Mencegah Karyawan Nakal


Pengantar
Mesin absensi (Time Attendance) tergolong produk yang rentan terhadap kecurangan yang dilakukan oleh karyawan sendiri. Istilah "titip absen" merupakan kendala bagi sebagian pengusaha saat ini, terlebih lagi apabila masih memakai sistem absensi kartu ketok (analog) yang istilahnya "mesin amano". Mengapa sampai disebut mesin amano? Hal itu disebabkan saking terkenalnya produk merk Amano dari Jepang dalam memproduksi mesin absensi yang berkualitas tinggi. Kendati "digempur" oleh berbagai jenis teknologi mesin absen yang terbilang canggih, sebut saja proximity card, fingerprint atau handkey, namun hal ini belum menyurutkan popularitas mesin Amano itu sendiri. Bahkan, kita jumpai semakin banyak model mesin Amano ini. Satu hal yang bisa kami catat mengenai reputasi dari sistem kartu ketok Amano ini adalah dalam hal kehandalannya. Seperti diketahui, kehandalan (durabilty) merupakan syarat mutlak bagi satu sistem absensi yang dioperasikan sepanjang waktu. Mesin absensi tidak boleh error barang sedetikpun dan harus mudah dipakai. Hal ini kontras dengan sistem absensi lain, sebut saja sidik jari (fingerprint). Walaupun tidak mungkin terjadi titip absen, namun berdasarkan pengalaman sistem absen sidik jari ternyata lebih sering error (hang), terutama jika jumlah antrian karyawannya banyak. Apakah anda mengalaminya?

Paparan kami kali ini bukan seputar perbandingan kecanggihan dari setiap mesin absen. Kami lebih tertarik pada bagaimanakah cara mengurangi "absensi palsu" yang dilakukan oleh karyawan, khususnya bagi yang memakai sistem kartu ketok amano. Di akhir paparan nanti, kami tidak menghujamkan rekomendasi ke arah pemakaian face recognition sebagai solusi utama, karena kami menyadari betul bahwa tidak setiap perusahaan mampu membeli peralatan semahal itu.

Baiklah kita mulai saja dengan ide dasarnya. Untuk menerapkan sistem ini sebenarnya mudah. Kita tinggal menempatkan camera sedemikian rupa, sehingga gerak-gerik karyawan saat mengabsen bisa terekam dengan baik melalui DVR. Weleh, apakah masalahnya sesederhana itu? Ya, memang seperti itulah konsep dasarnya. Wah, gampang dong kalau begitu! Memang, untuk membangun sistem yang handal, adakalanya kita tidak memerlukan peralatan super canggih. Selama sistem tersebut bisa mencapai tujuan yang diharapkan, maka kitapun bisa memakainya. Pada topik kali ini, jika kami boleh menyebut dengan istilah asing agar tampak keren, maka sistem ini disebut CCTV Surveillance for Time Attendance (CSTA).

Sistem yang sederhana ini terdiri atas:
1. Camera
2. DVR Standalone
3. TV Monitor (optional)
4. PC Laptop (optional)
5. USB Disk (optional)
6. Warning Decal

Dalam penjelasannya nanti kami akan mengambil contoh sistem absensi existing yang ada pabrik skala kecil. Perhatikanlah bagaimana camera ditempatkan di berbagai sudut (angle) sebagai bahan referensi pembaca sekalian. Diakui atau tidak, penempatan camera yang tepat akan memberi efek psikologis tersendiri bagi siapa saja yang berada di depannya. Lalu, bagaimanakah nanti DVR di-setting untuk keperluan ini? Apa pula fungsi PC / Laptop dan USB disk? Terakhir, warning decal seperti apakah yang enak untuk dipampang?

Basic Illustration
Sebagai pembuka wacana, kira-kira demikianlah ilustrasi dasar dari sistem sederhana yang dimaksud. Secara umum, mesin amano biasanya ditepatkan di bagian tertentu, entah itu di luar ataupun di dalam ruangan. Namun, ide dasar penempatan camera adalah: letakkan camera sekitar 2m - 2.5m di atas lantai dengan mengarah tepat ke depan mesin absen. Upayakan satu camera mengamati satu mesin absen, sehingga sudut pandangnya bisa diatur lebih dekat. Ambillah objek setengah badan dengan cara mengatur lensa (lensa jenis varifocal lebih pas untuk keperluan ini!). Dengan mengambil objek setengah badan, identitas karyawan bisa lebih dikenali.


Jika menerapkan sistem absen per Departemen, maka ilustrasinya bisa seperti gambar di atas. Terlihat dua mesin absen TA1 dan TA2 diletakkan di satu tempat, namun karyawan mengambil jurusan berbeda. Upayakan juga agar gambar Camera 1 tidak overlap dengan Camera 2, karena ini akan menyulitkan identifikasi. Kami yakin dari ilustrasi di atas, pembaca sekalian (khususnya para staf HRD) dapat membuat sistem yang jauh lebih baik, karena sesuai dengan kondisi real di lapangan. Lalu, bagaimanakah dengan fungsi DVR? Insya Allah kami paparkan konfigurasinya pada sesi selanjutnya.

DVR Record Mode 
Sekurangnya kita mengenal 5 (lima) mode perekaman DVR. Nah, dari semua mode ini, manakah yang bisa diaplikasikan ke dalam sistem pengawasan absensi ini? Menurut kami ada 3 mode, yaitu: Manual,  Schedule dan Motion. Namun, pertimbangkanlah dulu mode Schedule sebelum mencoba mode lainnya. Dengan mode ini, kita bisa menetapkan jadwal rekaman per hari yang disesuaikan dengan  jam kerja. Misalkan, dari Senin hingga Sabtu mulai pukul 07.30 - 08.30 (jam  kedatangan), dilanjutkan lagi dengan pukul 17.00 - 17.30 (jam kepulangan). Bagi yang menerapkan sistem shift, DVR bisa di-setting agar merekam pada tiga waktu shift berbeda setiap hari dengan durasi antara 1/2 hingga 1 jam. 

Lantas, berapa fps-kah sebaiknya recording framerate kita set? Silakan anda tentukan, karena untuk keperluan ini kecepatan 5 fps pun sudah sangat memadai. Ingat, ini adalah satuan per detik, sehingga kita tidak akan kehilangan momen! Sedangkan untuk video Quality bisa dipilih Normal atau High (bila perlu). Untuk setting awal DVR selesai hingga di sini. Sekarang, bagaimanakah kira-kira daily operation-nya? 

Sumber: tanyaalarm.blogspot.com.

16 March 2020

Mengenal Access Control Basic (Bagian 2)

3. Blok Diagram Access Control
Satu sistem Access control paling sederhana dapat terlihat pada diagram di bawah ini. Pemahaman diagram sangat penting, khususnya bagi pemula, sebab akan memberikan gambaran berapa jumlah kabel yang perlu ditarik oleh teknisi. 


Diagram di atas memperlihatkan sistem yang berdiri sendiri untuk satu pintu (standalone). Aplikasi ini tidak memerlukan tarikan kabel ke PC. Di sini, Proximity Reader sudah merangkap sebagai controller dan buffer, sehingga setting (pemrograman) bisa dilakukan langsung pada keypad reader (cara manual) ataupun via PC dengan bantuan kabel sementara. Jika jumlah pemakainya tidak terlalu banyak, pemrograman cara manual pun bisa dilakukan dengan cukup cepat. 

Untuk sistem dua pintu atau lebih biasanya diperlukan controller yang terpisah, seperti terlihat pada diagram di bawah ini. Jika diagramnya sudah seperti ini, maka setting program harus dilakukan melalui PC dengan software bawaan pabrik.


Sumber: tanyaalarm.blogspot.com.

15 March 2020

Mengenal Access Control Basic (Bagian 1)


Kendati Access Control tidak berhubungan erat dengan Alarm dan CCTV, namun kami mencoba memberikan informasi dasar kepada mereka yang berminat mengikuti perkembangannya. Adapun alasan yang mendorong kami membahasnya di Blog ini adalah didapatinya kenyataan, bahwasanya terkadang kita kurang menyerap penuh apa yang menjadi kebutuhan user. Sementara itu di sisi lain, pengetahuan kita di bidang inipun boleh dibilang masih kurang. Hal ini pada gilirannya akan mengganggu dalam implementasi di lapangan, sehingga pekerjaan akan terkesan lama dan berlarut-larut. Dalam kasus seperti inipun soal Critical Design Review tetap memegang peranan penting sebagaimana kita bisa melihatnya nanti.

Maka dari itu, hal penting yang perlu diperhatikan pertama kali oleh para pemula di bidang ini (termasuk kami!) diantaranya adalah:

1. Fungsi Access Control.
2. Jenis-jenis media Access Control.
3. Pengertian istilah pada Access Control.
4. Blok diagram Access Control.
5. Berbagai sistem Access Control.
6. Permasalahan umum seputar Access Control.
7. Tips Troubleshooting.

Dalam perjalanannya nanti, kami akan menyisipkan pula hal-hal yang kerap kali luput dari perhatian kita manakala diminta oleh customer untuk memasang sistem ini. 


1. Fungsi Access Control
Access Control umumnya dibagi ke dalam dua fungsi:
- Sebagai Door Access (Management), yaitu membatasi hak masuk seseorang ke pintu tertentu.
- Sebagai Attendance System, yaitu sebagai mesin absensi karyawan.

Oleh karena kedua aplikasi ini berbeda dalam sifat dan penerapannya, maka apabila kita ingin menggabungkannya ke dalam satu sistem (dengan satu software), maka diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang. Terlebih lagi jika jumlah karyawannya cukup banyak dan pintu keluar masuknyapun bervariasi. Persiapan ini kerap terlewatkan oleh vendor, karena terlalu "asyik" berkonsentrasi pada deadline masuknya penawaran harga. Padahal, pengaturan hak akses pun tidak kalah penting dan mesti dibicarakan jauh hari sebelumnya dengan pihak pemakai (user), paling tidak berapa jumlah karyawan dan departemennya. Beberapa data perencanaan penting lainnya yang perlu diketahui jauh-jauh hari sebelumnya adalah:

1. Berapa jumlah karyawan secara keseluruhan, karena ini akan menyangkut pada kapasitas Reader.
2. Berapa jumlah Departemen, karena akan terkait pada pembagian access group.
3. Berapa jumlah karyawan per Departemen, karena akan menyangkut Group Member, Time Zone atau Shift.
4. Berapa jumlah pintu per Departemen, karena menyangkut jumlah Reader (Quantity).
5. Media access yang dipakai, karena menyangkut soal kecepatan, ketahanan, keamanan dan yang terpenting adalah soal anggaran biaya (cost).
6. Pengaturan jam access (Time Zone).
7. Pengaturan mode access (Card only dan Card plus PIN).
8. Format pelaporan yang dikehendaki (harian, mingguan, bulanan atau tahunan), karena menyangkut perlu tidaknya pengembangan software dari pihak ketiga.
9. Penggabungan sistem ini ke dalam penghitungan gaji (payroll).
10. Garansi unit pada saat terjadi trouble.

Oleh karena tuntutan aplikasi user biasanya lebih tinggi daripada software standar yang menyertai produk (khususnya produk yang termasuk "kelas bawah"), maka seyogianya vendor pemula membatasi target instalasi sistem ini sampai pada tingkat tertentu saja, misalnya sebatas pada collecting data yang dilakukan oleh software standar bawaannyaArtinya sampai sebatas reader mengirimkan data ke software. Sedangkan untuk pengolahan datanya diserahkan kepada pihak pengembang software, baik dari User sendiri ataupun jasa pihak ketiga yang kompeten. Hal ini paling tidak dapat  mengurangi "beban" vendor sendiri, terlebih lagi jika terjadi misunderstanding, dimana apa yang dikehendaki user ternyata melenceng dari kesepakatan awal disebabkan oleh beberapa faktor. Jika sudah begini, maka pekerjaan sederhanapun akan terkesan berlarut-larut.

2. Media Access Control
Ilustrasi di bawah ini adalah contoh media yang paling umum digunakan dalam sistem Access Control. Masing-masing jenis memiliki keunggulan dan keterbatasan, sehingga dalam memilih mana yang tepat kita perlu mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya:
- Jumlah pemegang kartu (card holders)
- Aplikasi (apakah sebagai Door Access atau Time Attendance)
- Kecepatan baca (reading speed)
- Umur pemakaian (life time)
- Lingkungan kerja (environment)
- Harga (cost)


Selain itu ada pula Reader yang menggunakan sidik jari, bentuk tangan,  bahkan scanning pada retina mata, seperti terlihat pada ilustrasi di bawah ini:


Ada hal penting yang perlu kami sampaikan di sini, yaitu: adakalanya untuk aplikasi sederhana kita tidak memerlukan peralatan dan sistem yang "canggih" (kaya akan feature) dan berharga mahal. Menurut kami, kecanggihan satu sistem terletak pada ketepatan dalam menentukan produk, kesederhanaan desain dan kemudahan pengoperasian. Dan khusus untuk Access Control, maka kualitas software aplikasi- lah yang menjadi tolok ukur, apakah ia mudah  atau malah membuat ribet si pemakai.

Sumber: tanyaalarm.blogspot.com.