Showing posts with label Jaringan CCTV (Dasar). Show all posts
Showing posts with label Jaringan CCTV (Dasar). Show all posts

13 April 2020

Simple CCTV Application for Home Surveillance

Aplikasi CCTV untuk rumah tinggal bisa dimulai dari yang sederhana sampai dengan yang lumayan canggih. Kendala utama aplikasi CCTV di rumah tinggal umumnya berkisar pada soal anggaran (budget). Itu pasti! Kendala kedua adalah soal fungsi yang biasanya tidak terlalu penting selain untuk mengamati "siapa sih di luar sana?". Oleh sebab itu banyak rumah tinggal cukup hanya memasang satu camera di depan yang mengarah ke pintu pagar. Sedangkan kendala ketiga adalah membanjirnya produk CCTV paket hemat, sehingga makin membingungkan owner dalam memilih produk mana yang sesuai dengan kebutuhan. Adapun kendala ke-4 adalah informasi produk yang simpang siur, ditambah dengan jarangya penjual (vendor) yang berani melakukan try before buy (coba sebelum beli).

Sebagai pembekalan, pada posting kali ini kami akan menjelaskan jenis konfigurasi CCTV sederhana untuk aplikasi di rumah tinggal. Sederhana di sini tidak identik dengan murah atau tidak canggih. Adakalanya kecanggihan satu sistem malah terletak pada kesederhanaan dan kemudahan dalam mengoperasikannya. Oleh sebab itu, peralatan elektronik dengan banyak tombol dan pengaturan pada umumnya kurang disukai oleh pemakainya (baca: user/customer). Bagaimana dengan anda? 

Sistem yang baik adalah sistem yang bisa memenuhi keinginan user, sekalipun tidak begitu canggih. Kami akan paparkan di sini sebagian dari peralatan sistem CCTV yang tidak begitu canggih tersebut. Panduan ini dianggap perlu untuk memperoleh pemahaman dasar, sehingga user dapat memilih sistem mana yang sesuai dengan kebutuhan dan anggarannya.

1. Switcher 


Jika memasang lebih dari satu camera, maka peralatan paling sederhana yang diperlukan adalah Switcher. Switcher hanya bisa menampilkan camera satu-satu secara bergiliran, baik dipilih secara manual ataupun auto. Pada mode auto, gambar akan berpindah dari satu channel ke channel lain dalam selang waktu tertentu, misalnya setiap 10 detik. Lamanya perpindahan ini disebut dwell time yang biasanya diatur dengan memutar knop di depan unit. Selain itu ada juga mode SPOT. Pada mode ini monitor hanya menampilkan satu channel saja (yang dipilih). Terakhir adalah mode BYPASS. Pada mode ini camera yang di-bypass tidak memperoleh giliran tampil di monitor. 






Kekurangan Switcher adalah user hanya bisa melihat satu camera saja dalam satu saat. Dengan kat alain, tidak bisa melihat semua camera dalam waktu bersamaan. Oleh karena itu, switcher kurang pas diterapkan sebagai solusi keamanan, karena ada momen yang luput dari pengamatan. Saat menampilkan satu camera, maka camera lainnya tidak bisa dilihat.

2. Quad Unit

Kelemahan Switcher bisa diatasi dengan unit ini. "Quad" artinya empat. Oleh sebab itu unit ini memiliki 4 input. Kelebihannya adalah bisa menampilkan 4 camera sekaligus maupun satu per satu, sehingga bisa berfungsi juga sebagai Switcher. Pada beberapa tipe ada yang dilengkapi dengan remote control, sehingga pengoperasiannya semakin mudah. Adapun istilah "Dual Page Quad" digunakan pada Quad yang memiliki input 8 channel. Dengan demikian diperoleh dua Quad, yaitu Quad A dan Quad B dalam satu perangkat. Ketimbang Switcher, Quad lebih cocok pada aplikasi CCTV untuk keamanan, karena bisa  menampilkan 4 camera sekaligus di layar monitor. Jadi user atau petugas keamanan bisa memantau semua lokasi sekaligus.



3. Multiplexer

Multiplexer bisa menampilkan channel yang lebih banyak, yaitu 8 atau 16 Channel. Untuk rumah tinggal, jumlah sebanyak itu sudah lebih dari cukup, sebab owner bisanya tidak mau "disibukkan" oleh urusan pengawasan seperti ini. Kelebihan multiplexer lebih terasa saat kita menghubungkannya dengan unit perekam (recording) yang pada masa lalu didominasi oleh video cassette recorder (VCR). Jika terhubung dengan Time Lapse Video Recorder, unit ini bisa menjalankan dua fungsi, yaitu menampilkan (Live) dan merekam (Record). Artinya saat owner memutar rekaman (playback), fungsi recording terus berjalan dan tidak terputus. Fungsi seperti ini dinamakan duplex. Ini tidak bisa dilakukan baik oleh Quad apalagi Switcher.

Instalasi multiplexer umumnya seperti ini:


Dengan semakin berkembangnya teknologi, lambat laun peran multiplexer digeser oleh kehadiran DVR, baik jenis Standalone DVR ataupun PC Base. Bisa dikatakan saat ini adalah era kejayaan DVR, karena semua fungsi switcher, quad dan multiplexer bisa dirangkum jadi satu. Selain itu yang paling menarik dari DVR adalah kemampuannya untuk merekam. DVR tidak memakai pita video, melainkan hard disk. Pada DVR, kejadian gambar yang rolling atau bergetar saat memutar rekaman  (playback) sudah tidak terjadi lagi. Inilah yang membuatnya populer saat ini.

Namun, pada beberapa instalasi kita masih memerlukan unit multiplexer, misalnya sebagai slave controller di ruang security (satpam). Hal ini dimungkinkan berkat adanya terminal loop through output yang ada di belakang unit. Dengan demikian kita bisa melakukan perluasan camera secara sambung menyambung (cascade).

Sumber: tanyaalarm.blogspot.com atas seijin penulis.

05 March 2020

Access Internet 3 DVR Menggunakan 1 Hostname DDNS

Pertanyaan yang kerapkali muncul adalah bagaimana jika kita akan meng-access 3 DVR di satu lokasi. Apakah kita perlu membuat 3 hostname berbeda di DynDNS atau No-IP ataukah cukup dengan satu hostname saja? Sekadar penyegaran, maka yang disebut hostname adalah nama yang kita buat di DynDNS (atau layanan DDNS lainnya), seperti: dvrkantor.mine.nu,  dvr.dvrdns.org dan sebagainya.  

Setelah memahami apa itu WAN IP dan mengapa diperlukan DDNS, maka point terpenting dalam access DVR ini sebenarnya adalah Port. Ya, Port. Sebab Port inilah yang "dilihat" oleh aplikasi remote DVR. Apa itu Port? Wah, kalau pertanyaannya seperti ini, terus terang kami agak nervous dalam menjawabnya. Bagi kami yang terbilang awam, maka Port adalah alamat virtual (semu) yang hampir dapat diisikan dengan angka berapa saja (kecuali angka yang dikhususkan untuk aplikasi tertentu). Isian Port ini terdapat pada menu Network Setting setiap DVR, baik jenis Standalone maupun PC Base. Perbedaannya, pada DVR Standalone umumnya hanya diminta satu isian Port saja (misalnya 5445 dan lainnya), sedangkan pada PC Base ada yang sampai 4 (empat) isian Port, misalnya: 9001, 9002, 9003 dan 9004. Berapapun banyaknya isian Port, namun yang jelas semua alamat Port ini harus dimasukkan ke dalam list Virtual Server pada modem ADSL. Perhatikanlah contoh diagram di bawah ini.


Diagram di atas memperlihatkan bagaimana 3 DVR di satu lokasi akan di-access oleh laptop/PC di lokasi lain. Syarat utama agar tiga DVR ini dapat di-access adalah:

1. Kita harus membuat dulu satu account di DynDNS ataupun No-IP, sehingga nantinya kita memiliki parameter:
    - Hostname : mis. dvrkantor.dvrdns.org atau dvrkita.no-ip.org atau nama lainnya terserah kita.
    - Username : yaitu nama login kita  (mis. di layanan no-ip).
    - Password  : yaitu password login kita di layanan tersebut. 

Catat: tiga parameter inilah yang diperlukan saat kita bermain-main dengan settingan DDNS (Dynamic DNS)!

2. Setelah itu kita masukkan parameter di atas ke dalam salah satu diantara dua pilihan ini:
    2.1 Menu Network pada salah satu DVR (tidak perlu semuanya). Contoh isiannya seperti ini
     2.2  Menu Dynamic DNS pada modem ADSL Speedy kita.

3. IP Address dan Port yang harus dibuat berbeda antar DVR (lihat diagram).

Langkah selanjutnya adalah memasukkan IP Address dan Port setiap DVR ke dalam menu Virtual Server yang ada pada modem ADSL (contohnya TP-Link TD-8840). Caranya: masuklah ke menu Advanced Setup --> pilih NAT --> Virtual Server, lalu klik Add. Contohnya sebagai berikut:





Jika masing-masing sudah di-Save/Apply dengan benar, maka kita akan memperoleh daftar Virtual Server lengkap seperti ini:


4. Lakukanlah verifikasi open port dari PC/laptop yang berada dalam satu jaringan lokal. Caranya : masuklah ke situs http://canyouseeme.org. Pastikan semua DVR sudah dalam keadaan on dan tersambung semua dengan ADSL modem. Pada kolom What Port isikanlah 5445 dan lihatlah apakah Success atau Error. Demikian juga untuk Port 5446 dan 5447.

5. Jika semua Port telah Success, maka seharusnya kita bisa langsung meng-access setiap DVR, baik satu per satu maupun secara simultan, yaitu sebagai berikut:
- Untuk DVR1 --> http://dvrkantor.dvrdns.org:5445
- Untuk DVR2 --> http://dvrkantor.dvrdns.org:5446
- Untuk DVR3 --> http://dvrkantor.dvrdns.org:5447

Untuk jumlah DVR yang lebih banyak, maka kita hanya perlu membedakan Port-nya saja dengan membuat konfigurasi virtual server seperti di atas. Kabar baiknya adalah kita bisa meng-access semua DVR secara simultan tak ubahnya seperti membuka beberapa situs di internet sekaligus. Namun kabar buruknya adalah, access DVR yang jor-joran seperti ini jelas akan memboroskan bandwidth. Jadi jangan heran jika gerakannya akan sangat lambat. Tetapi hanya untuk sekadar mencoba, bolehlah!

Terakhir, teknik ini bisa diterapkan sekalipun ketiga DVR tersebut berasal dari merk berbeda, bahkan jika salah satunya adalah DVR PC Base. Dengan demikian kita bisa melakukan test (semacam benchmarking) untuk mengetahui DVR mana yang gesit dan mana yang lelet.  DVR yang smart adalah DVR yang sukses dalam memanfaatkan keterbatasan bandwidth, bukan DVR dengan feature melimpah, namun tidak berdaya saat menghadapi bandwidth kecil. 

Penutup
Sebetulnya yang lebih "aman" adalah memasukkan settingan hostname, user dan password ini ke dalam menu DDNS pada ADSL modem, sehingga kali ini modem ADSL-lah yang meng-update ke DynDNS atau No-IP, bukan DVR. Penjelasan mengenai hal ini ada di sini.

02 March 2020

Yuk, Mengenal IP Camera! (Bagian 2)

Selain itu ada pula teknik untuk "meng-IP-kan" camera CCTV biasa, sehingga camera ini bisa "naik kelas" menjadi IP. Cameranya tetap camera biasa, tetapi dimasukkan dulu ke suatu alat yang disebut dengan Network Video Server (NVS), sehingga sinyal video-nya berubah menjadi IP Video. Dengan begitu, user bisa lebih bebas memilih model dan kualitas camera analog yang akan dimasukkan ke unit ini, karena bagi sebagian orang, kualitas camera analog dianggap lebih baik ketimbang IP Camera kebanyakan. Namun sayang, harga satu unit NVS ini masih terbilang mahal, sehingga perlu diperhitungkan segi biayanya, apabila akan dipakai untuk menggantikan sistem yang sudah terpasang. 


Pada posting berikutnya, insya Allah kami akan bahas bagaimana cara meng-install IP Camera ini untuk pertama kali dan menu apa sajakah yang ada di dalamnya. Jika masih ada kesempatan -walau sekarang sudah tidak aneh lagi- bagaimanakah meng-konfigurasi camera ini agar bisa di-access via Internet?Stay tune!

Sumber: tanyaalarm.blogspot.com atas seijin penulis.
  

Yuk, Mengenal IP Camera! (Bagian 3)

Jadi, dalam bahasa sederhana: IP Camera adalah camera yang bisa di-browsing langsung, tak ubahnya seperti saat kita mengakses satu situs di internet. Oleh karena beberapa camera harus terhubung ke dalam satu jaringan LAN (Local Area Network), maka IP Cam bisa juga disebut juga sebagai Network Camera atau IP-Surveillance.

Baiklah untuk mempertegas kembali paparan di atas, maka setelah terhubung dengan jaringan LAN (Network Switch), kami coba membuka "situs" satu IP Camera, misalnya http://192.168.1.5 seperti yang terlihat pada clip di bawah ini. Ternyata cukup mudah, bukan? Jadi, saat ini IP Camera bukan sesuatu yang aneh lagi.


O,ya bagi mereka yang ingin mengetahui menu apa sajakah yang terdapat pada IP Cam ini, berikut kami petikkan sebagian dari menu tersebut.


Ternyata menunya boleh terbilang biasa-biasa saja, bukan? Ya, memang demikianlah adanya. Kita bisa mengakses camera tersebut melalui IP Address default dari pabrik ataupun melalui DHCP. Setelah itu camera siap di-access melalui browser favorit kita. Selain itu, satu hal lagi, bagi yang suka "mengutak-atik" access camera via Internet, maka adanya menu DynDNS Settings selalu saja menimbulkan rasa penasaran tersendiri untuk mencoba. Berbeda dengan mereka yang sudah terbiasa, tentunya hal ini sudah tidak aneh lagi. Bagaimana, mau mencoba?


Mengingat IP camera ini tidak terhubung dengan perangkat rekaman seperti pada sistem DVR, maka pertanyaan berikut yang muncul adalah bagaimanakah soal perekaman? Silakan ikuti bahasan kami pada kategori IP Camera. Semoga bermanfaat!

Sumber: tanyaalarm.blogspot.com atas seijin penulis.

Yuk, Mengenal IP Camera! (Bagian 1)


Pada posting kali ini, insya Allah kami akan membahas sedikit mengenai IP Camera. Apa sih perbedaannya dengan camera biasa? Lalu, keunggulan apa yang dimiliki oleh camera jenis ini? Bagaimanakah konfigurasinya? Kemudian, kapan saatnya kita benar-benar memerlukan IP Camera ini?


IP Cam sejatinya adalah camera biasa, namun sinyal video-nya disalurkan lewat satu protokol yang disebut TCP/IP. Sementara TCP/IP sendiri merupakan kependekan dari Transfer Control Protocol/Internet Protocol yang lazim dipakai dalam dunia LAN dan Internet. Saking populernya, sampai-sampai kita tidak menyadari bahwa saat membaca artikel inipun, sebenarnya kita sedang menggunakan teknologi TCP/IP  (O, iya ya?!

Nah, kembali pada IP camera. IP Camera adalah camera yang menggunakan protokol TCP/IP sebagai penyalurnya. Jadi bisa dikatakan, bahwa IP Cam menyalurkan sinyal data. Hal ini berbeda dengan camera biasa yang menyalurkan komponen video secara langsung, tanpa melalui "protokol-protokolan segala". Perbedaan teknik inilah yang mendasari mengapa dalam mempelajari IP Cam diperlukan pemahaman yang cukup baik terhadap teknologi jaringan (LAN).

Sebagai pembuka, semoga ilustrasi di bawah ini bisa memberikan pemahaman awal mengenai perbedaan prinsip dari kedua sistem camera yang dimaksud.


Terihat jelas, sekalipun secara fisik keduanya tampak mirip, namun cara pengamatannya berbeda. Camera CCTV biasa memakai monitor atau TV, sedangkan IP Cam harus menggunakan PC atau Laptop. Lantas, bagaimana dengan Power Supply?  Nah, kebetulan pada contoh di atas keduanya sama-sama memakai power supply DC12V biasa. Pabrikan IP Cam biasanya sudah menyertakan adaptor dari jenis switching di dalam satu paket. Tetapi ada pula IP Cam yang bisa memakai power supply yang disebut PoE (dibaca: pi-o-i). PoE sendiri adalah kependekan dari Power over Ethernet. Sekalipun namanya terdengar keren, tapi ini tidak lain hanyalah upaya menyuntikkan tegangan DC dari Network Switch ke dalam kabel UTP Cat 5, sehingga camera mendapatkan power dari kabel itu juga. Itu sebabnya disebut power over ethernet (power melalui kabel ethernet alias kabel UTP). Dengan begitu, instalasinya terlihat lebih rapi, karena cukup dengan satu kabel UTP saja yang dicolok ke camera, maka camera sudah ON. Kiranya inilah yang merupakan keunggulan pertama dari IP Camera ketimbang analog. Sebagai gambaran, maka di bawah ini terlihat satu produk Network Switch keluaran TP-Link yang sudah dilengkapi dengan PoE pada sebagian port-nya.





Sumber: tanyaalarm.blogspot.com atas seijin penulis.