12 February 2012

Perbedaan NVS dan NVR

NVS adalah singkatan dari Network Video Server. Fungsinya adalah untuk mengubah dari BNC atau coaxial ke RJ-45 atau UTP CAT-5. Jadi NVS mengubah kamera analog menjadi IP camera. Kamera apa saja yang diubah? semua tipe kamera analog baik fixed maupun PTZ/speed dome. Sehingga kamera analog tersebut selain bisa digunakan pada sistem CCTV analog juga bisa diintegrasikan ke sistem CCTV network based. Istilah tekniknya IP Camera Hybrid.

Salah satu contoh NVS adalah INS2000 dari CNB. INS2000 mempunyai input video dan RS-485 serta video output untuk digunakan pada sistem analog CCTV.

INS2000

INS2001

NVR adalah kependekan dari Network Video Recorder. Fungsinya untuk merekam gambar dari IP Camera. Singkatnya NVR adalah DVR-nya pada sistem IP Camera. NVR bisa berupa hardware ataupun software. Untuk NVR software biasanya berbayar. Salah satu contoh software NVR adalah software NVR versi 8.5 dari Geovision, dan saat menjalankan software ini harus menggunakan USB Dongle. Jadi pada NVR Geovision kita membeli USB DOngle ini yang dibundel dengan software NVR-nya. Lisensi USB dongle geovision ada yang 4, 8, 12, dan 16 IP Camera.

NVR hardware

Sekian artikel kali ini.

Semoga bermanfaat…

11 February 2012

CCTV Konvensional vs IP CAM (CCTV Network Based)

cctv konvensional

CCTV konvensional yang dimaksud adalah sistem dengan kamera analog yang terhubung ke DVR dengan menggunakan media kabel coaxial dan konektor BNC (Bayonet Neil Connector). Semua tarikan kabel dari kamera berujung di alat perekam.

Kamera CCTV yang digunakan bebas, apapun merk dan tipenya, tidak ada daftar kompatibilitas. Alat perekam pada sistem konvensional disini mutlak berupa hardware, contoh pada gambar di atas adalah DVR (Digital Video Recorder). Semua hasil rekaman disimpan di storage DVR berupa harddisk. Lamanya perekaman tergantung besarnya harddisk tsb.

Terhubung ke jaringan sudah merupakan suatu hal yang mutlak, begitupun CCTV konvensional. Dulu hanya beberapa merk dan tipe saja yang bisa dilihat dan dikontrol via jaringan. Sekarang hampir semua DVR sudah dapat dilihat dan dikontrol baik via jaringan lokal (LAN) maupun internet.

Di sisi konfigurasi CCTV konvensional lebih mudah, karena settingan terpusat di DVR-nya itu sendiri. Tidak terlalu banyak settingan pada kamera selain pointing dan penyetelan gambar.


Berbeda dengan CCTV Konvensional, IP camera (CCTV Network Based) atau sering juga disebut dengan kamera digital, media yang digunakan sebagai penghantar adalah kabel UTP CAT-45 dengan konektor RJ-45 diujungnya. Semua tarikan kabel tidak harus berujung di alat perekam bisa saja jatuh di suatu hub/switch dengan catatan hub/switch tersebut masih satu segment secara fisik dengan NVR.

ip camera system

Kamera yang digunakan akan lebih baik jika satu merk, Jika menggunakan kamera dengan merk berbeda mutlak harus melihat daftar kompatibilitas. Apakah kamera tersebut sudah kompatibel atau tidak. Isu kompatibilitas ini memang menjadi suatu hal yang krusial. Onvif yang merupakan salah satu forum industri terbuka di bidang IP-based security product, mencoba membuat standarisasi komunikasi antar perangkat IP, sehingga dimungkinkan integrasi antar perangkat berbasis IP walaupun dengan brand yang berbeda.

Pada CCTV berbasis IP alat perekamnya adalah NVR atau Network Video Recorder. Ada 2 tipe NVR yang bisa digunakan. NVR berupa hardware atau NVR berupa software. Contoh NVR hardware based adalah Samsung 32 Channel SRN3250. Contoh NVR Software based adalah Aimetis Symphony Series. Pada NVR hardware based, penggunaan PC tambahan masih diperlukan untuk melakukan pengaturan, cmiiw. NVR software based biasanya kita harus membeli lisensi per kamera.

samsung SRN3250

aimetis symphony series

Di sisi konfigurasi, CCTV IP Based relatif lebih rumit dibandingkan CCTV konvensional. Pengaturan dilakukan tidak hanya disisi NVR, tetapi juga di masing-masing kamera IP. Sehingga pengetahuan akan jaringan komputer sangat dibutuhkan.

Hasil rekaman selain disimpan di internal storage NVR, juga bisa di storage jaringan yang disebut dengan NAS atau Network Attached Storage.

Kesimpulannya mana yang lebih baik?

Berikut point plus dari sistem CCTV konvensional:

  1. CCTV konvensional mudah disisi pengaturan/konfigurasi dan maintenance. Dan masih mungkin untuk dikembangkan ke sistem yang masih besar lagi.
  2. Aksesing via internet masih lebih baik dari CCTV IP based, cmiiw. Walaupun secara teori banyak yang mengatakan bahwa CCTV IP based lebih baik, tetapi berdasarkan pengalaman (walaupun minim), sistem konvensional lebih cocok dengan infrastruktur networking (baca: internet) di Indonesia.

Point plus sistem IP based:

  1. Range aplikasi yang sangat banyak, Mulai dari video analytic sampai dengan aplikasi cctv dengan resolusi yang sangat tinggi. Pada CCTV konvensional maksimum resolusi hanya D1 (704 x 480), bandingkan dengan  IP Camera yang minimum resolusinya SXGA (1280×1024), cmiiw.
  2. Sistem IP based lebih fleksibel di sisi manajemen user dan manajemen storage (penyimpanan).

Hanya point plus diatas dari masing-masing sistem yang terpikir oleh saya, mungkin masih ada yang lainnya dan semua point plus tersebut hanya semata opini saya saja, bisa saja sangat berbeda dengan anda apalagi yang sudah lama bergelut di sistem CCTV IP based. Dan terakhir, saya masih memilih sistem konvensional jika harga menjadi salah satu pertimbangan.

Sekian artikel kali ini.


Note:

Artikel diatas sebenarnya artikel pengganti dari sebelumnya yang secara tidak sengaja terhapus oleh saya saat pengeditan. Harap dimaklum.

Semoga bermanfaat…

14 January 2012

Settingan frame rate ideal pada DVR

Ada yang menyebut frame rate per second (fps) dan ada juga ips (image per secod). Ke-duanya sama saja, satu hal yang pasti keduanya mendefinisikan banyaknya gambar perdetik yang tampil pada monitor.

Loh ko gambar? Begini penjelasannya, pada dasarnya suatu film (baik film hollywood ataupun film cctv) merupakan rangkaian dari beberapa gambar yang ditampilkan pada satu waktu, lebih spesifiknya pada satu detik. Susunan gambar tersebut seolah-olah merupakan gambar bergerak. Semakin banyak gambar dalam satu detik maka pergerakan objek akan semakin halus atau sama dengan aslinya (realtime).

frame rates


Minimum 25 gambar/frame per detik yang harus dipenuhi supaya pergerakan objek terlihat real time (halus). Semakin sedikit frame per detik nya maka pergerakan objek akan semakin patah-patah.

Ada 2 parameter frame rate pada DVR, yaitu RTD dan RTR. RTD (Real Time Display) adalah frame rate DVR saat DVR dilihat secara langsung (Live VIew). Hampir semua DVR stand alone sudah RTD, hanya beberapa gelintir saja yang masih di bawah RTD (live view patah-patah). Berbeda dengan DVR PC Based, frame rate rendah saat display (live view) menjadi hal yang biasa. RTR (Real Time Recording), yaitu frame rate saat merekam. Parameter ini yang selalu ditanyakan oleh user.

Berdasarkan pengalaman, dengan frame rate 25 fps mata sudah menganggap pergerakan objek real time. Menjadi suatu hal percuma dengan menambah frame rate menjadi lebih dari itu misal 30 fps. Selain itu, konsekuensi record dengan frame rate real time akan mengakibatkan konsumsi kapasitas hard disk yang lebih besar.

Menurut perhitungan kasar proses record DVR dengan settingan berikut:

  1. Frame rate : 25 fps.
  2. Resolusi : CIF.
  3. Quality : standard.
  4. Jumlah kamera : 16 channel.
  5. Waktu record : 24 jam, 7 hari terus menerus.


Maka hard disk yang dibutuhkan untuk merekam selama 30 hari adalah kurang lebih 3,5 TB.

Sebenarnya settingan frame rate 25 fps cocok untuk pemasangan kamera di kasino ataupun untuk kebutuhan militer. Sedangkan untuk residential/rumahan maksimal 12 fps pun sudah sangat memadai. Coba anda setting DVR anda pada 12 fps, saya yakin anda akan setuju dengan saya karena pada frame rate 12 fps pergerakan sudah saya anggap realtime. Atau mungkin anda ingin lebih hemat lagi, coba turunkan samapai 3 fps pun masih cukup. Atau katakanlah 5 fps. Maka hasil record dengan harddisk 1 TB dan jumlah kamera 8 channel, durasinya bisa sampai 3 bulan. wow… Pernah saya jumpai disalah satu hotel frame rate diset pada 1 fps, dan saat saya coba putar ulang memang saya tidak banyak kehilangan momen pergerakan.

Jadi apa gunanya frame rate disetting pada 25 fps? Saya sarankan: turunkan!!!

Sekian artikel kali ini. Semoga bermanfaat…

 

13 January 2012

Menyoal Backup Full 1 Hard disk pada DVR

Salah satu fungsi DVR yang sering digunakan pada DVR selain merekam dan memutar ulang adalah mem-backup. Backup itu sendiri bisa diartikan sebagai proses untuk menyimpan sebagian durasi record dari HD internal ke media eksternal, bisa usb stick (flashdisk), ataupun hard disk external.

dvr backup


Saya sebutkan “sebagian durasi record”.Hanya “sebagian”, bukan seluruh/semua isi hard disk atau semua data rekaman kita backup ke media eksternal. Itupun (backup) dilakukan kalau ada kejadian luar biasa, misal ada pencurian, perampokan, dll.

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, tatkala backup seluruh hard disk menjadi hal yang harus dilakukan:

 

  1. Apa yang akan anda lakukan dengan data hasil backup yang begitu besarnya? Sangat disayangkan, hard disk yang digunakan sebagai media backup hanya jadi pajangan. Karena sudah menjadi hal biasa sekarang ini, hard disk dengan kapasitas 500 GB dipasang di DVR. Hard disk 500 GB digunakan untuk menyimpan data backup selama 1 bulan, nah kalo 2 bulan? 3 bulan gimana? Saya katakan sesuatu pada anda, ini hard disk bung bukan kaset pita VHS.
  2. Rata-rata kecepatan backup via port USB adalah 2 MB per detik. Secara teori maka waktu yang diperlukan untuk proses backup pada hard disk internal DVR 500 GB adalah sbb: 500 GB = 500 000 MB. 500 000 / 2 = 250 000 detik. 250 000 / 3600 = 69,4444 = kurang lebih 3 hari. Nah seperti kita ketahui pada proses backup ini selalu ada WAKTU AWAL BACKUP dan WAKTU AKHIR BACKUP. Dengan adanya penentuan awal dan akhir otomatis proses record HARUS berhenti, karena mustahil tidak ada WAKTU AKHIR BACKUP (proses backup akan infinite tanpa berkesudahan). Dengan perhitungan tadi, maka dapat dipastikan proses record akan terhenti selama kurang lebih 3 hari. Bagaimana jika saat proses backup ada kejadian luar biasa? misalkan pencurian.

Dari dua hal diatas dapat dipastikan begitu ribetnya backup full 1 hard disk. Jadi saya sarankan gunakan fitur backup sesuai peruntukannya ----> “menyimpan sebagian durasi record pada waktu krusial“ , dan save your hard disk.

Jika anda keukeuh, bersikeras untuk membuat “perpustakaan” hard disk hasil backup, berikut saran dari saya:

  1. Biarkan DVR merekam full 1 hard disk, jangan aktifkan fitur over write. Setelah hard disk full, anda bawa hard disk baru yang kosong. Buka dan ganti hard disk yang ada di dalam DVR dengan hard disk kosong tersebut. Lebih simpel dan anda tidak sampai kehilangan proses record selama 3 hari.
  2. Gunakan fitur mirroring hard disk DVR, jika DVR anda memiliknya. Fitur ini mempunyai kelebihan dibanding saran nomor 1. Dengan fitur ini DVR akan menggunakan 2 hard disk sekaligus saat proses record. 1 hard disk sebagai storage record dan satu lagi sebagai mirrornya. Nah saat hard disk full, anda cukup mengganti hard disk mirror. Sedangkan hard disk utama tetap terpasang DAN hasil record sebelumnya masih bisa di playback.


UPDATE!!!

Beberapa hari terakhir saya berkutat lagi dengan masalah backup DVR ini. Percobaan terakhir mengenai backup over LAN memberikan informasi baru. Kesimpulan baru yang didapat adalah sbb:

  1. Kecepatan backup over LAN ternyata tidak secepat yang saya perkirakan. Bandwitdh 100 Mbps LAN tidak serta merta membuat backup via LAN ini lebih cepat dari backup via port USB. Tetap ada bottle neck di chip DVR. Speed backup over LAN salah satu DVR yang saya test ternyata mentok di 1,6 Mbps.
  2. Konsep backup adalah “tetap” menyimpan sebagian durasi record dari HD internal ke media eksternal, bisa usb stick (flashdisk), ataupun hard disk external. Saya mencoba untuk membackup “hanya” 5 hari durasi record yang memakan space lebih dari 4 GB dan hasilnya selalu gagal. Selalu berhenti ditengah proses. Ini menandakan bahwa backup hanya ditujukan untuk menyimpan hasil record pada durasi yang tidak terlalu lama.

    Sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat…

 

30 May 2011

Masih Seputar IR Camera


Tidak dipungkiri, bahwa hasil camera Infra Red (IR) tidak selalu sesuai dengan harapan. Dalam beberapa kasus, sering kita jumpai cahaya IR dari camera tidak bisa menjangkau semua cakupan objek, sehingga hasil gambar masih jauh dari memuaskan. Pasalnya, pada beberapa merk, sinar IR hanya berpusat di tengah objek, sedangkan di sekelilingnya masih kelihatan gelap. 

Selain camera IR, ada pula Day&Night Camera (D&N) yang tidak dilengkapi IR. Kendati tidak dilengkapi dengan IR, namun adakalanya camera D&N sudah cukup mumpuni untuk daerah-daerah gelap, sekalipun tidak gelap total.



Persoalan Utama: Kuat Cahaya!
Saat mencari camera outdoor untuk kebutuhan malam, kita dihadapkan pada persoalan seberapa kuatkah cahaya yang ada pada malam hari? Apakah kita dibolehkan untuk menambah penerangan ataukah membiarkan camera bekerja dengan cahaya apa adanya?


Jika dimungkinkan untuk menambah lampu penerangan, maka sejujurnya cara inilah yang paling cepat dan tepat dalam mengatasi problema ini. Cuma, seberapa besar penerangan yang diperlukan? Objek mana saja yang perlu diterangi? Penerangan jenis apakah yang ideal? Semuanya masih bersifat tentatif, bukan?


Seperti pernah kami paparkan, bahwa untuk menilai bagus tidaknya satu camera, maka secara objektif hal itu hanya bisa dilakukan dengan mencobanya langsung di lapangan. Nah, jika ada kesempatan dari vendor yang bonafide untuk mencoba langsung dalam kondisi real, maka manfaatkanlah kesempatan ini.


1. Setelah ada gambaran mengenai kisaran harga dan biaya instalasinya, maka     pilihlah dua tipe camera yang mewakili, yaitu tipe IR dan tipe Day&Night (tanpa IR). Pastikan budget anda mencukupi untuk kedua tipe itu.


2. Sedapat mungkin tempatkanlah camera di atas tripod. Arahkan camera pada objek yang sebenarnya,  sekalipun nantinya dipasang lebih tinggi.


3. Stay natural. Biarkan dulu cahaya lampu apa adanya, bahkan tidak ada cahaya sama sekali. Perlu diketahui, kita akan mencoba dua tipe camera berbeda, dimana cahaya lampu dan IR akan saling memengaruhi.


4. Pakailah DVR untuk meng-capture atau merekam hasil gambar. Waktu yang dirasa paling pas untuk mengetahui performa camera pada malam hari adalah antara pukul 18:00 - 19:00, yaitu saat matahari terbenam dan malam mulai tiba. Waktu ini mungkin dirasa pas pula bagi vendor, karena tidak terlalu malam.


5. Cobalah camera satu per satu, boleh yang tanpa IR dulu, setelah itu camera IR. Jangan mencoba bersamaan, karena cahaya IR akan "tertangkap" oleh camera tanpa IR.


6. Perhatikanlah hasilnya. Manakah yang menurut anda paling pas?


Kesimpulan
Parameter camera yang tercantum di dalam spesifikasi teknis tenyata masih perlu dibuktikan langsung di lapangan. Pasalnya, parameter itu sifatnya kuantitatif, sementara mata kita hanya bisa bekerja secara kualitatif. Namun persoalannya tidak semua vendor yang mau dan bisa melakukan "try before buy", sehingga jangan heran apabila kualitas camera yang dipasang ternyata tidak sesuai dengan harapan. Hanya vendor tertentu saja yang bisa dan mau untuk melakukannya.