19 January 2021

Mengatasi Gangguan Camera (1)

                                           

Problematika camera kerap menjadi kecemasan installer (dan juga vendor!), yaitu ketika melihat hasil gambar di layar monitor yang tidak sesuai dengan harapan. Gambar silau, goyang dan bergaris merupakan ciri khas dari problematika camera. Saking sulitnya, seringkali untuk mengatasi problem itu dipakai cara coba-coba (trial and error). Penerapan teknik trial and error ini bukan tanpa alasan, mengingat sumber gangguan tidak bisa diketahui dengan pasti. Kita hanya bisa melihat gejala yang tampak pada hasil gambar, tanpa bisa memprediksi sebelumnya. Pada uraian kali ini kami mencoba mengelompokkan jenis gangguan tersebut dengan harapan penanganannya bisa dilakukan dengan cermat dan tepat.

Jenis Gangguan dan Penyebabnya

1. Gambar Silau (Whiting out)
Gambar silau umumnya terjadi saat camera melihat benda yang memantulkan cahaya. Contoh klasik dalam masalah ini adalah sinar matahari atau lampu yang jatuh di atas lantai maupun dinding berwarna putih. Demikian juga di paving block di halaman, atap mobil box dan ruangan  dengan lampu TL yang menyebar rata semisal factory outlet, studio foto, ruang QC di pabrik dan lainnya. Pada kondisi seperti ini, camera dengan F Stop rendah cenderung "gagal" dalam  menangkal cahaya kuat. Adakalanya saat camera ditundukkan ke bawah, gambar menjadi normal, tetapi sayang objek yang ditangkap tidak sesuai dengan keinginan user. 

2. Gambar Pudar (Faint)
Gambar pudar ditandai dengan melemahnya warna di semua tepi dari objek yang ditangkap. Penyebab utama biasanya dari kabel yang panjang atau kualitas kabel yang jelek serta power supply yang lemah (drop). Bisa juga dari sambungan connector yang kurang baik (sekalipun hal ini jarang dituding sebagai penyebab utama).

3. Gambar Bergelombang (Waving)
Gambar goyang umumnya disebabkan oleh interferensi dari frekuensi rendah, misalnya frekuensi listrik 220V/50Hz dari PLN atau genset.  Bisa juga disebabkan oleh faktor Ground Loop yang kerap terjadi pada instalasi kabel coaxial yang panjang.

4. Gambar Bergaris
Gambar bergaris disebabkan oleh gangguan frekuensi tinggi seperti lokasi yang berdekatan dengan pemancar radio siaran, radio amatir dan CB (citizen band). Masing-masing gangguan memiliki ciri khas. Jika gangguannya terus menerus, maka dipastikan dari pemancar radio siaran, sedangkan apabila sesekali namun sering, maka gangguan tersebut berasal dari komunikasi radio amatir atau CB.

5. Gambar Meteorit
Istilah meteorit adalah istilah kami. Gejalanya mirip seperti meteor atau komet yang "menghiasi" layar monitor. Penyebabnya adalah induksi dari motor-motor listrik seperti bor, generator, dinamo mesin dan semisalnya. 

Nah, setelah mengetahu ada pada kelompok manakah masalah camera kita, kita bisa mulai melacaknya satu per satu mulai dari sana.



21 April 2020

Mengapa DVR Jadi Tidak Bisa Merekam? (Bagian 3)

Apapun yang terjadi, saran kami jika tidak terpaksa jangan memakai berbagai mode perekaman pada channel tertentu dengan dalih menghemat hard disk. Cara ini memang bisa dilakukan, tetapi akan berdampak negatif pada sistem. Memakai mode rekaman yang berbeda-beda di setiap Channel menyebabkan sistem cenderung tidak stabil (paparan untuk soal ini lumayan panjang, namun bagaimana dengan pengalaman Anda?). Selain itu, perhitungan mengenai durasi rekamanpun menjadi tidak bisa dilakukan, sebab variabelnya tidak menentu. Maka dari itu, jangan heran jika ada merk DVR yang malahan tidak bisa melakukan hal ini. Artinya, semua channel hanya bisa memakai mode rekaman yang sama, misalnya Continuous semuanya atau Schedule semuanya, tidak bisa dicampur. 


4.  Pastikanlah indikator rekaman benar-benar tampil pada display
Pesan ini terdengar lucu, tetapi tidak ada salahnya jika kami ingatkan kembali, sebab ini adalah indikator satu-satunya bahwa DVR kita telah melaksanakan fungsinya dengan benar. Indikator ini bisa berupa tulisan REC, bulatan merah, simbol orang (mode Motion) atau tanda jam (mode Schedule). Pastikan pula menu OSD (On Screen Display) untuk mode ini tidak dibuat Disable.

5. Waspadailah Overwrite
Seringkali kita tidak bisa memastikan kapan tepatnya rekaman kita mulai ditimpa dengan rekaman baru (overwrite) dan bagian mana saja dari hard disk yang masih tersisa. Hal ini dikarenakan karakteristik penghapusan pada DVR tidak sama persis dengan pita analog. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengamatan secara seksama kapan rekaman ini benar-benar habis. Gunakan utility Space Calculator dan sebagai pendekatan ambillah durasi 1 minggu dulu, lalu simpulkan hasilnya. Overwrite menyebabkan rekaman lama kita menjadi hilang dan tidak bisa kembali lagi. Oleh karena itu waspadilah hal ini dan kalau perlu buatlah pilihan ini menjadi Disable dulu, paling tidak sampai kita benar-benar memahami karakteristik DVR kita. Setelah itu tergantung pada keperluan, apakah akan di enable atau tidak.

6. Jangan Lupa Backuplah Program Setting
Jika performa DVR kita sudah memuaskan, maka jangan lupa untuk men-save setting programnya ke dalam flash disk melalui menu Backup Settings atau menu yang semisalnya. Jadi saat DVR kita ngadat dan kebetulan vendor berbaik hati untuk menggantinya dengan DVR baru yang sama tipenya, maka kita tidak perlu repot lagi men-setting ulang DVR baru ini dari awal. Cukup kita me-restore saja settingan yang sudah di-save tadi ke DVR pengganti melalui menu Restore Settings.

Sekian sekedar Tips dari kami. Sekali lagi, dengan menjalankan sebagian dari tips di atas ditambah anda yakin akan kualitas DVR anda, mengapa harus khawatir?


20 April 2020

Mengapa DVR Jadi Tidak Bisa Merekam? (Bagian 2)

2. Tetapkanlah Durasi Rekaman.

Kendati DVR bisa merekam selama satu bulan penuh, namun ada baiknya jika kita menetapkan waktu rekaman yang lebih pendek, katakanlah per satu minggu. Ini dimaksudkan agar pemeriksaan bisa dilakukan dengan lebih intensif, sehingga masalah "tidak merekam" ini bisa diketahui lebih awal. Jadi, saran kami lupakanlah sejenak hard disk-hard disk besar, apalagi sampai hitungan Tera Byte (1 TB = 1000 Giga Byte!), kecuali jika anda benar-benar memerlukannya. 

Percaya atau tidak, hard disk berkapasitas kecil sampai sedang pada umumnya sudah mencukupi untuk rekaman selama 1 minggu pada 15 fps. Pada akhir pekan, misalnya Sabtu pagi, kita bisa meluangkan waktu untuk sekedar mengecek kondisi DVR kita sambil melihat hasil rekaman pada minggu itu. Jika ada rekaman penting, segera lakukan backup melalui USB Flash Disk atau media lain yang disediakan, yaitu CD/DVD RW. 

Namun, jika tidak ada kasus penting, maka lakukanlah format terlebih dahulu sebelum memulai rekaman baru. Pastikan pula tampilan jam dan tanggal pada DVR kita tidak ngaco. Jika tidak punya waktu, anda bisa menyuruh orang lain untuk melakukannya.

Untuk menetapkan lamanya DVR bisa merekam dan berapa kapasitas hard disk yang diperlukan, kita bisa menggunakan alat bantu hitung yang disebut dengan HDD Space Calculator. Program ini biasanya sudah ada pada pada menu DVR itu sendiri (jenis Standalone). Namun jika tidak dijumpai, kita bisa mencarinya di beberapa situs internet.


3. Pilih Mana: Manual, Continuous,  Schedule, Motion atau Sensor?

Umumnya DVR memiliki 5 mode rekaman seperti yang disebutkan di atas, yaitu : 

Manual        
DVR hanya akan merekam ketika tombol Rec ditekan dan berhenti merekam saat tombol Stop/Rec ditekan lagi.

Continuous 
DVR merekam terus-menerus secara non-stop sampai habis, termasuk saat kita sedang melihat hasil rekaman (playback).

Schedule 
DVR merekam pada jam-jam tertentu yang diprogram, misalnya dari jam 8 pagi sampai 5 sore. Di luar jam itu DVR tidak merekam.

Motion       
DVR hanya merekam dengan durasi waktu tertentu  pada saat ada objek bergerak, misalnya aktivitas manusia, kendaraan lewat dan sebagainya. Jika tidak ada objek bergerak, maka DVR akan standby (tidak merekam).

Sensor       
DVR hanya merekam pada saat input sensornya terlanggar (trigger), misalnya saat pintu dibuka atau ada orang melewati sensor infra red.

Nah, pilihlah mode yang paling pas untuk keperluan kita. Contoh: untuk memantau aktivitas Teller di Bank, paling pas jika kita memilih mode Schedule (misalkan dari jam 8 sampai 18) ketimbang Continuous. Untuk gudang spare parts, misalnya, pertimbangkanlah untuk memakai mode Sensor, dimana saat karyawan masuk saja (membuka pintu) DVR baru merekam dengan batas waktu tertentu, misalnya 2 menit. Sedangkan untuk rumah tinggal, mode Continuous lebih cocok ketimbang Motion atau yang lainnya. Alasannya adalah, mode ini paling mudah dalam setting dan paling mudah dianalisa. Dengan berpatokan pada durasi rekaman 1 minggu, maka kasus-kasus dimana DVR tidak merekam dapat diketahui lebih awal. 

Lalu, bagaimanakah jika kita mencampur beberapa mode rekaman sekaligus? Misalkan di Channel 1 kita memakai Motion, pada Channel 2 Continuous, Channel 3 katakanlah memakai mode Schedule dan seterusnya? Apakah yang akan terjadi?


19 April 2020

Mengapa DVR Jadi Tidak Bisa Merekam? (Bagian 1)


Pernahkah anda mengalami hal yang menjengkelkan ini? Saat diperlukan, tiba-tiba DVR kita tidak berisi rekaman apa-apa. Lebih parah lagi tombol-tombolnyapun malah jadi macet, termasuk Remote Control pada DVR. Persoalan klasik ini kerap menimpa pada DVR setelah sekian lama pemakaian dan tentu saja sangat mengganggu. Terlebih lagi jika ada kejadian yang perlu dilihat sebagai barbuk (barang bukti) polisi, namun rekamannya tidak ada alias blank. Lalu, bagaimanakah kiat agar DVR kita selalu dalam kondisi siap pakai? Berikut ini opini kami.


1. Kenali Dulu Sumber Masalahnya

Panas yang berlebihan kami tuding pertama kali sebagai penyebab utama masalah ini. Bayangkan saja, DVR umumnya dioperasikan selama 24 jam non-stop siang dan malam. Jika sudah begini, maka kualitas dari komponen penunjang merupakan faktor penentu survive atau tidaknya suatu produk DVR, baik yang Standalone maupun PC Based.

Sumber panas DVR Standalone bisa berasal dari:

1. Bagian Power Supply, khususnya yang ada di dalam casing (built-in).
2. Komponen pada Mainboard, khususnya IC Voltage Regulator, IC Prosesor dan IC Codec (umumnya dari merk Techwell)
3. Hard Disk.

Nah, dua atau tiga sumber panas inilah yang secara kontiyu menyumbang thermal di dalam casing DVR. Kontributor panas terbesar dipegang oleh Hard Disk, disusul oleh IC Prosesor dan bagian Power Supply. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika pada DVR Standalone selalu terpasang kipas angin kecil (fan), baik di bagian belakang ataupun di sisi kiri-kanan casing. Jumlahnya kebanyakan hanya satu, jarang dijumpai yang dua apalagi tiga. Anehnya, pihak pabrikan seolah-olah menyepelekan soal isu thermal ini. Buktinya, pada beberapa merk DVR Standalone pemasangan fan ini terkesan dilakukan ala kadarnya, bahkan ada yang tanpa fan samasekali (istilahnya fanless)! Selain ukuran fan-nya kecil, posisinyapun tidak signifikan dalam upaya membuang panas ke luar. Dengan mengabaikan model dan jumlah blade,  fan berukuran kecil umumnya memiliki daya hisap dan hembus yang lemah. Apalagi jika dipasang hanya satu dan letaknya berjauhan dari ketiga sumber panas tadi, maka kecepatan maupun daya hisapnya menjadi tidak efektif. Pernahkah anda memperhatikan dengan seksama kondisi seperti ini?

Jika kami ditanya, di manakah pemasangan fan yang ideal untuk DVR Standalone? Maka kami jawab :

1. Tepat di atas prosesor (seperti pada prosesor PC).
2. Tepat di atas atau di bawah Hard Disk (dengan ventilasi yang langsung).
3. Tepat di dekat Power Supply (jika power supply-nya ada di dalam casing).

Hanya saja kami harus realistis dalam masalah ini, sebab:

1. Memasang banyak fan akan menaikkan ongkos produksi yang tentu saja berimbas pada harga DVR.
2. Fan menimbulkan kebisingan yang cukup sangat mengganggu.
3. Sekecil apapun, fan tetap akan menyerap daya. Makin banyak jumlahnya, maka daya yang diperlukan akan semakin besar. Artinya, kapasitas power supply mesti ditambah dan sekali lagi ini akan menaikkan ongkos produksi.

Jadi, jangan protes apabila DVR kita hanya dibekali dengan fan yang ala kadarnya tadi, bahkan yang lebih gila: tanpa fan sama sekali! Fan yang efektif bisa diketahui dari ukuran, jenis blade dan penempatannya. Selain itu ada yang ketinggalan, yaitu parameter rpm (revolutions-per-minute). Makin cepat rpm, tentunya makin baik, karena hembusan fan akan makin kuat. Ukuran fan minimal harus sedang dan berbahan kokoh, jangan yang kecil dan lembek. Bentuk blade juga memengaruhi. Ada yang banyak, tipis dan melengkung, adapula yang renggang, tebal dan lurus. Namun, untuk soal teknis ini biarkanlah para insinyur yang memikirkannya. Apa yang bisa kita lakukan hanyalah sebatas menilai apakah fan ini sudah efektif atau belum. Lalu, perlukah kita memasang fan tambahan?

Bagaimana dengan hard disk? Menurut kami justru hard disk inilah yang semestinya diberi cooling fan. Cuma sekali lagi, pabrikan seolah-olah tidak menaruh perhatian pada soal ini. Hal ini terlihat dari ukuran casing DVR yang umumnya sempit, sehingga tidak menyisakan ruang bagi hard disk untuk ditambahkan fan. Padahal dalam PC, penambahan fan pada hard disk ini bukanlah sesuatu hal yang baru, bahkan diyakini dapat meningkatkan kinerja dan kestabilan harddisk. Nah, apalagi untuk DVR yang kerja hard disknya jauh lebih berat ketimbang PC, maka logikanya penambahan fan ini mestinya menjadi isu penting, bukan?

Demikian pula soal ventilasi. Ventilasi pada Standalone DVR umumnya tidak berada tepat di atas ataupun di bawah sumber panas (misalnya hard disk), melainkan di belakang atau di pinggir. Ini bisa menimbulkan persoalan serius. Saat casing ditutup, jarak hard disk dengan penutup casing ataspun terbilang sempit, bahkan nyaris tidak meninggalkan celah. Ada pula DVR yang jarak antara hard disk dengan mainboard-nya sangat dekat. Jika sudah demikian,  DVR seolah-olah bagaikan sebuah "oven". Jadi, tanpa ventilasi dan fan yang baik, jangan heran jika satu saat DVR akan "ngadat", seakan-akan tidak merekam

Menghadapi situasi ini, cobalah periksa apakah memungkinkan jika kita menambahkan extra fan di dalam casing? Jika mungkin tambahkanlah fan kecil 12VDC di atas hard disk dengan bantuan double-tape (isolasi bolak-balik) atau belilah hard disk cooler. Carilah sumber 12VDC yang "nganggur". 

                                                     Contoh Cooling Fan DC 12V

Apabila di dalam casing sudah demikian sempit (dan memang kebanyakannya begitu!), maka carilah alternatif lain, yaitu lubang ventilasi. Tempatkanlah extra fan di depan atau di atas ventilasi ini dengan arah menghisap (exhaust). Oleh karena di luar, maka fan 220VAC tampaknya lebih reasonable, karena kita tinggal menancapkannya pada stop kontak. Namun, kerugian fan model ini adalah bunyinya yang mengganggu. Oleh karena itu, pemasangannya harus baik (kokoh), sehingga casing tidak ikut bergetar karenanya. Salah satunya adalah dengan bantuan double-tape tebal di setiap tepinya.


                                                      Contoh Cooling Fan AC 220V








18 April 2020

Seputar Access Lokal CCTV dan DVR


Seperti diketahui, satu DVR yang terhubung dengan jaringan lokal (LAN) dapat di-access dengan mengetikkan alamat lokalnya saja, misalnya http://192.168.1.80, bukan? Sampai di sini tidak ada masalah dan memang seperti itulah adanya. Namun, maukah kita agar alamat lokal tersebut sama dengan nama hostname via internet, katakanlah jadi http://tanyaalarm.no-ip.org ? Jika mau, kita bisa menempuh langkah ini:

1. Dari desktop Windows, klik-lah secara berurutan menu ini Start > Computer > C:\ > Windows > System32 > drivers > etc. Sampai di sini, kliklah pada file yang bernama 'hosts'. Pakailah editor Notepad untuk mengedit file ini.

2. Tambahkanlah alinea baru di paling bawah yang berisi alamat lokal DVR kita  berikut hostname yang kita inginkan. Contohnya bisa seperti ini: 


3. Setelah ditambahkan alinea baru tersebut, jangan lupa klik File > Save, kemudian tutup semua menu.

4. Selesai.

Kini, untuk meng-access DVR secara lokal (via LAN) kita bisa ketikkan http://tanyaalarm.no-ip.org saja pada browser. Jika perlu alamat ini di-bookmark saja biar mudahO,ya, kalau mau pakai dot com juga bisa, tinggal edit saja di notepadnya dengan dot com (biar lebih keren!). Tapi ingat, alamat ini hanya untuk access lokal saja, ya. Untuk access dari internet, kita tetap perlu menambahkan nomor port di belakangnya, misalnya http://tanyaalarm.no-ip.org:5500. Selamat mencoba!

Sumber: tanyaalarm.blogspot.com atas seijin penulis.