PTZ Camera (Pan, Tilt, Zoom)
Pan tilt zoom camera (biasa disingkat PTZ) adalah camera yang bisa bergerak ke kanan kiri (pan), naik turun (tilt) dan melakukan fungsi zoom. PTZ camera terbagi ke dalam dua kategori, yaitu: konvensional dan telemetry receiver. Perbedaannya terletak pada kabel yang digunakan. Sistem konvensional memerlukan sedikitnya 10 penghantar (kabel isi 10), sedangkan telemetry receiver hanya membutuhkan kabel isi 2 saja. Lebih jelasnya mari kita lihat ilustrasi berikut ini:
Camera PTZ sistem konvensional terdiri atas:
1. Camera dari jenis box camera.
2. Lensa dari jenis zoom.
3. Motor pan tilt untuk menggerakan camera.
4. PTZ controller.
Untuk mengontrol pergerakan camera diperlukan PTZ controller. Controller ini memiliki dua jenis tegangan output, yaitu DC12V untuk lensa dan AC24V atau 220V untuk motor. Pada bagian tengahnya terdapat knop potensiometer yang bertuliskan Lens Speed. Fungsinya untuk mengatur kecepatan zoom, focus dan iris (kecuali jenis auto iris). Pada kecepatan max. gerakan zooming akan cepat, karena tegangan yang keluar adalah 12VDC. Pada kondisi speed min. gerakan zoom akan lambat dan halus, karena tegangan output dari controller berkurang. Adapun kecepatan gerakan motor tidak dapat diatur, karena sudah disesuaikan dengan standar umum.
Hingga saat ini sistem PTZ konvensional masih dipakai (tepatnya: dipertahankan!) di berbagai tempat, seperti di kawasan industri, bank, public area dan kantor pemerintahan. Sekalipun masih berfungsi, namun peralatannya kebanyakan sudah tergolong kuno. Keuntungan dari sistem PTZ konvensional adalah:
1. Camera dari jenis box camera.
2. Lensa dari jenis zoom.
3. Motor pan tilt untuk menggerakan camera.
4. PTZ controller.
Untuk mengontrol pergerakan camera diperlukan PTZ controller. Controller ini memiliki dua jenis tegangan output, yaitu DC12V untuk lensa dan AC24V atau 220V untuk motor. Pada bagian tengahnya terdapat knop potensiometer yang bertuliskan Lens Speed. Fungsinya untuk mengatur kecepatan zoom, focus dan iris (kecuali jenis auto iris). Pada kecepatan max. gerakan zooming akan cepat, karena tegangan yang keluar adalah 12VDC. Pada kondisi speed min. gerakan zoom akan lambat dan halus, karena tegangan output dari controller berkurang. Adapun kecepatan gerakan motor tidak dapat diatur, karena sudah disesuaikan dengan standar umum.
Hingga saat ini sistem PTZ konvensional masih dipakai (tepatnya: dipertahankan!) di berbagai tempat, seperti di kawasan industri, bank, public area dan kantor pemerintahan. Sekalipun masih berfungsi, namun peralatannya kebanyakan sudah tergolong kuno. Keuntungan dari sistem PTZ konvensional adalah:
1. Pan tilt head (motor) memakai tegangan biasa, sehingga instalasinya mudah dipahami.
2. Harga peralatannya relatif murah.
3. Analisa masalah di lapangan mudah dilakukan.
4.Operator tidak memerlukan pengetahuan khusus dalam mengoperasikannya.
Sedangkan kekurangan sistem PTZ konvensional ini, diantaranya adalah:
1. Memerlukan banyak penghantar -minimal kabel isi 10-, sehingga instalasinya lumayan berat.
2. Tegangan 12VDC untuk lensa tidak bisa mencapai jarak jauh, umumnya di bawah 200m saja.
3. Harga multicore cable (kabel isi banyak) untuk jarak jauh terbilang mahal.
4. Bentuk motor dan housing-nya besar, sehingga tidak kompak dan terkesan ketinggalan jaman.
5. Popularitasnya mulai tergeser oleh sistem Receiver dan Speed Dome Camera.
5. Popularitasnya mulai tergeser oleh sistem Receiver dan Speed Dome Camera.
Berbeda dengan sistem konvensional, kesulitan dalam instalasi kabel bisa teratasi dengan memakai sistem Receiver. Perbedaan sistem ini dengan sistem konvensional diperlihatkan pada gambar di bawah ini:
Dengan adanya receiver, maka kabel yang menuju camera cukup memakai kabel isi 2 saja. Konsekuensinya, untuk mengontrol camera kita memerlukan satu unit keyboard sebagai pengganti controller. Receiver diletakkan sedekat mungkin dengan motor dan camera, misalnya pada satu tiang yang sama. Oleh karena receiver, motor dan camera jaraknya saling berdekatan, maka kabel isi 10 yang dipakaipun tidak perlu panjang, cukup 1 meter saja bahkan adakalanya kurang. Hal ini -sekali lagi- disebabkan karena receiver hanya memerlukan kabel isi 2 dari keyboard. Jadi, yang mengalir di kabel ini bukan tegangan listrik, melainkan data yang populer dengan sebutan RS-485. Agar dapat saling "berbicara", maka keyboard dan receiver perlu memakai bahasa yang sama. Bahasa ini disebut dengan istilah protokol. Salah satu protokol populer saat ini adalah Pelco-D. Untuk itu, setting protokol pada keyboard dan receiver harus sesuai (match). Pemilihan protokol pada receiver dilakukan melalui DIP switch, sedangkan pada keyboard selain DIP switch ada juga yang dipilih melalui menu.
Ketentuan umum lainnya adalah: satu camera, satu receiver. Jadi, apabila ada 5 titik camera, maka kita memerlukan 5 unit receiver. Untuk membedakannya, maka setiap receiver harus memiliki address sendiri. Pengaturan yang paling bagus adalah camera no. 1 memiliki receiver dengan address 001, camera 2 address receiver 002, camera 3 address receiver 003 dan seterusnya hingga mencapai jumlah maksimum tertentu (bisa 32, 64, 128 atau 255 address tergantung spesifikasi dari factory). Sangat disarankan agar receiver dan keyboard berasal dari merk yang sama agar diperoleh kompatibilitas penuh. Tetapi jika hanya untuk aplikasi pan, tilt dan zoom saja, perbedaan merk ini bisa diabaikan selama keduanya bekerja pada protokol yang sama. Namun fungsi lain di luar itu tidak akan bekerja, misalnya fungsi Auto Pan dan Camera Menu.
Indoor PTZ Receiver |
Keuntungan sistem Receiver:
1. Instalasi kabel lebih ringan.
2. Jarak keyboard dan receiver bisa mencapai hingga 1200m.
3. Biaya kabel bisa ditekan secara signifikan.
4. Memiliki kehandalan yang tinggi.
5. Tersedia receiver untuk aplikasi indoor maupun outdoor.
Kekurangannya antara lain:
1. Harga receiver dan keyboard masih terbilang mahal.
2. Tidak bisa melakukan fungsi preset, pattern, tour dan lainnya.
(nantikan penjelasannya pada pembahasan Speed Dome Camera)
(nantikan penjelasannya pada pembahasan Speed Dome Camera)
3. Fungsi tombol-tombol pada keyboard sering membingungkan operator.
4. Joystick keyboard adakalanya patah dan sulit diperbaiki.
5. Pada keadaan tertentu keyboard suka macet.
Sumber: tanyalarm.blogspot.com atas seijin penulis.
Sumber: tanyalarm.blogspot.com atas seijin penulis.
0 komentar:
Post a Comment
Maaf jika ada pertanyaan yang tidak saya jawab, dikarenakan kesibukan penulis yang tidak memungkinkan untuk selalu online. Dan mohon maaf untuk iklan dengan terpaksa saya hapus.