Showing posts with label Alarm Security System. Show all posts
Showing posts with label Alarm Security System. Show all posts

15 February 2020

Expander pada PC1616

Berikut ini kami jelaskan kembali pembagian Zone pada PC1616 dan Zone Expander PC5108. Diagram di bawah ini memperlihatkan, bahwa Expander selalu mengawali perhitungan dari zone 9 dan seterusnya. Zone 8 adalah zone pada keypad tambahan (extra keypad), sehingga apabila keypad tambahan ini tidak dipasang, maka Zone 8 menjadi "hilang".

Oleh sebab itu, jika sudah bisa ditetapkan 16 zone sejak awal, maka memilih tipe PC1832 akan "menyederhanakan" sistem. User tidak memerlukan keypad tambahan lagi untuk zone 8, karena pada board-nya sudah tersedia Zone 1 - Zone 8. Bahkan, keypad zone pun tidak diperlukan.
Programming
Untuk mengaktifkan Zone Expander, klik di sini.
Untuk mengaktifkan Zone 7 dan 8, klik di sini.


14 February 2020

Memrogram Panel Micron Scorpion


Pengantar
Pada posting kali ini dan seterusnya kami akan coba membahas dasar-dasar programming panel micron. Featurenya sekilas tidak melimpah, bahkan biasa-biasa saja. Namun jika ditelusuri lebih jauh, ternyata kemampuannya cukup "mumpuni" dan mudah dioperasikan. 

Pabrikan mengeluarkan berbagai seri, diantaranya:  Z4120C (5 Zone), Z6020C (6 Zone) dan Z8020C (8 Zone). Sedangkan tipe terakhir yang terbit sekitar dua tahun lalu adalah Z16040C (16 Zone). Dalam bahasan ini kami mengambil tipe Z8020C sebagai contoh disusul dengan tipe Z16040 yang memiliki lokasi program berbeda dari tipe sebelumnya.

Contoh Programming Z8020C
Dalam contoh ini yang diminta adalah:
Zone 1 = Delay (exit=10 sec./ entry=10sec.)
Zone 2 sampai dengan 7 = Instant
Zone 8 = 24Jam.
User 1 = Default.
User 2 = 2222.


Tekan
Tekan Lagi
Keterangan
XXXX
# #
Masuk Program
68 #
2222 #
Membuat User Code 2  menjadi 2222 (contoh)
â


160 #
XXXX  #
Installer Code Baru = XXXX (catat!)
â


184 #
01# 02# 03# 04# 05# 06# 07# 08#
Report Code  Zone 1 – Zone 8 untuk HP
â


200 #
[1&3]  sebanyak 26 kali tekan, lalu #
Tekan Tombol 1 dan 3 bersamaan dengan telunjuk dan jari tengah sebanyak 26 kali, #
â


256 #
01# 02# 03# 04# 05# 06# 07# 08#
Report Code  Zone 1 – Zone 8 untuk HP
â


348 #
1 #
1 = exit delay 10sec., 2=20sec., 3=30 sec.
â


350 #
1 #
1 = entry delay 10sec., 2=20sec., 3=30 sec.
â


356 #
2 #
Lamanya bunyi siren (contoh 2 menit)
1 = 1 min., 2 = 2 min. dan seterusnya
â


384 #
8 #
Misalnya: Zone 8 dibuat 24H
â


402
1 2 3 4 5 6 7 #
Zone 1 – 7 = memiliki chime
â


426 #
2 3 4  #
Tekan 2 3 4 sampai semua LED mati
â


476 #
5 #  
LED 5 = ON di alamat ini
â


478 #
5 #
LED 5 = ON di alamat ini
â


480 #
5 #
LED 5 = ON di alamat ini
â


482 #
5 #
LED 5 = ON di alamat ini
ââ

Keluar Program

Berikutnya insya Allah kami akan jelaskan cara memrogram dialing ke HP.


Mengaktifkan Zone 7 pada Keypad DSC PC1616

Seperti diketahui pada keypad DSC selain terminal RBYG, juga terdapat terminal "Z". Terminal ini berfungsi sebagai "zone tambahan" yang bisa dimanfaatkan jika perlu. Berikut cara pengaturannya:
1. Pasanglah sensor (misalnya door contact) di terminal Z dan B. 
2. Lakukan programming sebagai berikut:
    [*][8][Installer Code]
    [001] [xx][xx][xx][xx][xx][xx][xx] [xx] [#]. Tanda merah adalah untuk zone 7 (dan 8).
    [020] [07] [08] [#]
    [202] [7 dan 8=ON] [#]     Pastikan lampu 7 dan 8 = on 
    [#][#] 
3. Selesai.   

Keterangan:
Zone 8 pada PC1616 terletak pada keypad tambahan. Jika keypad tambahan ini tidak ada, maka zone 8 akan "hilang", tetapi sistem bekerja normal. Lihat penjelasannya di sini.

12 July 2013

Sekilas Tentang Alarm Monitoring (5)


Software Monitoring
Telah disinggung pada uraian sebelumnya, bahwa salah satu faktor dalam menentukan efisiensi satu perusahaan central monitoring adalah software monitoring. Mengapa dikatakan salah satu, karena selain itu, ada banyak kriteria lain yang harus dipenuhi oleh satu central monitoring. Misalnya, kehandalan media transmisi, ketangguhan dalam mengelola power listrik jangan sampai down, sampai pada kecepatan respon operator pada saat ada kejadian. Nah, khusus yang terakhir ini -yakni kecepatan respon operator- maka hal tersebut berkaitan erat dengan faktor:

1. Kehandalan media transmisi.
2. Ketangguhan mesin alarm receiver.
3. Kecepatan proses software.
4. Keakuratan interpretasi data.
5. Kecekatan operator.

Oleh karena central monitoring ini berupa suatu sistem, maka kelima komponen tersebut mesti dipenuhi sekaligus, sebab saling berkaitan antara satu dengan lainnya.

Software alarm monitoring standar industri harganya bisa mencapai angka belasan atau puluhan juta rupiah, bahkan bisa jadi melebihi harga alarm receiver-nya sendiri. Dalam industri alarm (dan juga lainnya), harga software yang "selangit" ini bukanlah sesuatu yang aneh, mengingat fitur yang ditawarkannya sudah sangat baik dan powerful. Software yang baik setidaknya bisa dilihat dari:
1. Instalasinya relatif mudah.
2. Compatible dengan berbagai merk alarm receiver standar industri.
3. Layar navigasi yang sederhana, sehingga tidak melelahkan operator.
4. Mudah dalam meng-input atau menghapus data pelanggan.
5. Mudah dalam menyimpan, mencari dan mengekspor data kejadian.
6. Tidak crash saat menerima data yang banyak (massive).
7. Fitur billing yang sudah terintegrasi (all-in-one).

Trend Alarm Monitoring Masa Kini
Saat ini kabel telepon analog (PSTN) masih banyak dipakai sebagai media utama -khususnya di tanah air-. Hal itu dimaklumi, karena media inilah yang dinilai paling realistis dan murah. Tetapi, secara jujur kita akui bahwa kabel telepon ini memiliki "tumit achilles", sehingga dari sisi security, media ini dinilai rapuh. Selain itu, transmisinya dinilai kurang cepat dan tidak bisa menangani sinyal reporting secara simultan. Untuk mengatasi kelemahan ini, maka beberapa customer memasang unit GSM sebagai backup. Walaupun GSM inipun masih dipakai memutar nomor telepon analog ke central monitoring, namun setidaknya kelemahan kabel telepon ini sudah diatasi. 

Dengan meningkatnya pemakaian internet di tanah air, maka migrasi dari analog ke IP tampaknya harus segera dipertimbangkan, khususnya di sisi central monitoring-nya. Saat ini, memiliki perangkat IP receiver merupakan satu keharusan bagi central monitoring yang progresif. Apa sebab? Kebutuhan akan alarm monitoring masih cukup pesat, bahkan saat ini sudah mencapai taraf transmisi video. Jadi, selain ditelepon oleh operator CMS, customer pun bisa menerima snapshot dari peristiwa yang terjadi. Bahkan yang lebih dari itu ia bisa melihat langsung kondisi rumahnya via smartphone di mana saja ia berada, melalui IP camera tentunya.  Hal ini hanya dimungkinkan apabila central monitoring memiliki alarm receiver berupa server yang berbasis web (web server)Memang ini bukanlah sesuatu yang aneh, namun sudah siapkah central monitoring di tanah air menyambut trend ini?

09 July 2013

Sekilas Tentang Alarm Monitoring (4)

Saat terjadi peristiwa alarm di tempat pelanggan, panel control akan mengirimkan sinyal reporting ke pusat monitoring (CMS). Jika sinyal tersebut valid, maka seketika itu juga operator CMS akan disuguhi tampilan dari software monitoring, yaitu berupa data mengenai:

Time & Date: jam dan tanggal kejadian.
Account-ID: nomor pelanggan (dari mana alarm berasal).
Event code: kode kejadian (yang dikirimkan oleh panel alarm).
Zone: jika kejadiannya berupa pencurian (burglary).
Acknowledge: tindakan apa yang dilakukan oleh operator.
Remarks: catatan tambahan dari operator.

Data lengkap pelanggan disimpan di dalam satu database yang -tentu saja-  sudah diinput dulu oleh petugas monitoring saat kontrak. Oleh sebab itulah, pelanggan harus mengisi formulir sebagai tanda persetujuan kontrak.

Sebagai gambaran pembaca, kami perlihatkan screenshot salah satu software monitoring. Sekalipun software ini termasuk jadul -bahkan mungkin sudah punah- namun sekadar gambaran, bolehlah. Kliklah pada gambar untuk memperjelas.


Pada kolom atas terlihat data pelanggan saat operator menerima sinyal alarm dan melakukan klik. Sementara di sisi kanan terlihat data zone yang terpasang di lokasi kejadian. Tampilan paling bawah dinamakan traffic screen yang berisi semua reporting yang masuk. Adapun warna-warni yang terlihat, itu menunjukkan prioritas penanganan atau pengelompokkan kejadian, sehingga memudahkan operator dalam meng-handle kejadian yang masuk satu per satu.  Bisa kita bayangkan, betapa sibuknya petugas operator sepanjang hari dalam menangani masalah dari ratusan customer!


Langkah operator dalam menangani setiap event disebut dengan ACK (singkatan dari acknowledgement) dan nantinya disimpan di dalam history yang -jika perlu- bisa direview kembali. Di sana operator bisa menuliskan langkah apa yang sudah diambil, misalkan menghubungi ponsel contact person, menelepon ke rumah dan sebagainya. Pada software monitoring yang terbilang bagus, percakapan operator dengan lawan bicara akan terekam, sehingga momen demi momen bisa terlacak dengan akurat.


05 July 2013

Sekilas Tentang Alarm Monitoring (3)

                                                       

Receiver Phone Number
Receiver phone number adalah nomor telepon pusat monitoring. Jika pusat monitoring berada di luar kota atau panel alarm memakai gsm landline, maka perlu diawali dengan kode area, misalkan 021 untuk ibukota atau 022 untuk kota Bandung. Jika pusat monitoring tersebut memiliki IP receiver, maka yang "ditembak" adalah alamat IP dan port receiver yang bersangkutan, misalkan 202.67.88.30 di port 3061. Tentu saja alamat IP ini mesti permanen, bukan dynamic IP. 

Account ID
Account ID adalah identifikasi pelanggan atau nomor pelanggan. Pada format CID, nomor ini terdiri dari 4 digit. Untuk pusat monitoring besar, dengan lebih dari 9000 pelanggan, komposisi 4 digit ini mungkin dirasakan kurang. Namun, tidak setiap pelanggan tetap "setia" menggunakan layanan ini dengan berbagai faktor. Oleh sebab itu ada nomor-nomor yang tidak aktif lagi, sehingga bisa dipakai oleh pelanggan lainnya. Account ID ini diisikan oleh teknisi ke dalam panel alarm di masing-masing lokasi.


Format Komunikasi
Dalam alarm monitoring dikenal istilah format komunikasi (communication format). Istilah ini mengacu pada protokol yang dipakai panel alarm agar ia bisa berkomunikasi dengan receiver di pusat monitoring. Protokol yang populer digunakan saat ini adalah DTMF CID (dibaca: si-ay-di) yang merupakan singkatan dari Contact ID. Ada pula format SIA FSKScantronic dan lainnya. Pada umumnya alarm receiver masa kini bisa menampung semua format komunikasi standar yang ada, sehingga sering disebut multi format alarm receiver. Bukan pada tempatnya bagi kami untuk mengatakan mana yang bagus, sebab semua format tersebut sudah diakui sebagai standar industri alarm dan dipakai selama puluhan tahun tanpa masalah.

Reporting Codes
Reporting codes adalah kode standar untuk mendeskripsikan kejadian. Tergantung dari format komunikasi yang dipakai, maka deretan kode inilah yang nantinya dikirim ke pusat monitoring. Sebagai contoh, pada format CID, kode 130 menyatakan burglary (pencurian), 131 sebagai alarm di zone perimeter (instant), 134 adalah alarm di zone delay (entry/exit), 301 sebagai ac loss (listrik mati), 302 low battery (baterai panel alarm lemah) dan sebagainya. Kode-kode reporting ini di-generate secara otomatis oleh panel alarm, sehingga -jika tidak ada keperluan khusus- teknisi tidak perlu memrogramnya satu per satu ke dalam panel. Adalah tugas monitoring software untuk memecah kode ini ke dalam data yang informatif, sehingga dimengerti oleh operator.

Pada uraian mendatang insya Allah kami akan lanjutkan dengan ilustrasi, seperti apakah tampilan pada layar monitor operator CMS saat menerima sinyal alarm? Stay tune!

04 July 2013

Pertimbangan Saat Akan Membeli Alarm Rumah


Kali ini kami sajikan langkah demi langkah saat kita akan membeli alarm rumah. Berkonsultasilah dengan penjual seputar masalah ini, sehingga mereka bisa memberikan harga dan sistem yang terbaik bagi anda. Semoga bermanfaat.

Langkah 1: Mulailah dengan mengamati sekeliling rumah kita untuk menentukan ada berapa banyak jendela, pintu dan area luar yang perlu dilindungi. Tuliskanlah semuanya ke dalam satu catatan. 

Langkah 2: Tentukan lokasi yang pas untuk meletakkan panel control dan keypad. Tempat yang bisa dipakai untuk keypad umumnya adalah di ruang tidur, dekat pintu masuk, ruang kerja ataulokasi lain yang dianggap paling aman.

Langkah 3: Kira-kira seberapa jauhkahjendela dan pintu dari panel control. Ini akan memberikan gambaran berapa panjang kabel yang harus ditarik apabila sistem alarm memakai kabel. Jika memilih sistem wireless, maka hal ini menjadi gambaran apakah sensor bisa berkomunikasi dengan panel atau tidak. Perlu diingat: memasang sistem kabel di bangunan jadi adalah lebih sulit dan memerlukan skill tersendiri. Pelajarilah lebih lanjut mengenai perbedaan antara sistem kabel dengan wireless. 

Langkah 4: Tentukan apakah kita ingin memakai jasa alarm monitoring?  Jika ya, maka kita harus persiapkan biaya per bulanannya. Ada satu alternatif yang lebih murah, yaitu dengan memasang voice dialer  yang akan menghubungi  telepon pribadi atau nomor telepon lain jika terjadi alarm.

Langkah 5: Catatlah kebiasaan sehari-hari keluarga kita. Apakah ada yang sering bangun tengah malam untuk mencari cemilan atau pergi ke kamar mandi? Apakah ada hewan peliharaan yang dibiarkan berkeliaran dalam rumah? Apakah anda memiliki harta berharga yang membutuhkan peralatan keamanan lebih canggih, seperti camera CCTV?  Kondisi ini akan memengaruhi penempatan motion sensor -semisal PIR indoor-  dan sensor lain yang kita butuhkan, misalnya door contact di pintu-pintu penghubung antar ruangan.

Langkah 6: Tidak perduli kita memilih sistem kabel atau wireless, semua sistem  tersebut harus mampu memantau seluruh area di rumah. Setiap jendela, pintu dan perangkat lain yang berhubungan ke dalam sistem dianggap sebagai sebuah zone. Jumlah zone dalam satu sistem bervariasi antara satu merk dengan yang lain. Sebagai contoh, panel control wireless dengan kapasitas sampai dengan 28 zone, pada umumnya sudah lebih dari cukup untuk melindungi satu rumah tinggal. 

Langkah 7: Sadarilah bahwa jika kita memilih sistem kabel, maka teknisi (installer) harus menarik kabel dan mengebor beberapa lubang di dinding. Jika memilih sistem wireless, jangkauan transmisi harus cukup untuk menutupi seluruh tempat dan menjangkau sensor terjauh terjauh dari panel control. Ini adalah trade-off antara sistem kabel dengan wireless.

Langkah 8: Sangat penting pula untuk melengkapi sistem keamanan rumah dengan sensor tambahan, seperti detector CO (carbon monoxide) di sekitar area garasi, detector kebocoran gas elpiji di dapur, detector luapan air (flood detector) di area basah dan semisalnya. Pertimbangkan pula untuk memasang satu atau beberapa tombol panic, selain panic button yang ada pada remote control sistem wireless. 

Langkah 9: Sistem alarm rumah harus user-friendly. Salah satunya cirinya adalah saat penggantian atau pembuatan PIN dapat dilakukan dengan mudah dan prosedurnya sederhana. Singkatnya, semua anggota keluarga yang dewasa dapat belajar cara mengoperasikan sistem, tanpa ada kesan ribet.

Langkah 10: Pastikan kembali soal garansi, apakah meliputi instalasi kabel ataukah hanya produknya saja. Pastikan pula apakah barang yang rusak dalam masa garansi akan diganti baru atau diperbaiki. Masa garansi yang wajar -misalkan 2 tahun- lebih layak dipertimbangkan ketimbang yang lama, tetapi penjualnya sulit dihubungi, teknisinya tidak kunjung datang atau produknya sering rewel. 

05 May 2012

Beberapa Accessories Alarm yang Berguna


Pengantar
Kali ini kami akan membahas tentang accesories Alarm yang juga tak kalah bergunanya. Mengapa demikian? Sebab tanpa disadari beberapa diantara accessories tersebut justru diperlukan saat situasi darurat. Bak pepatah sedia payung sebelum hujan, maka pada posting kali ini kami akan membahas bagaimana aplikasi dari peralatan tersebut dan sampai seberapa jauhkah efektivitasnya? 



1. Voice Dialer
Jika anda sudah memasang sistem alarm di rumah, tapi belum bisa menghubungi nomor telepon saat terjadi alarm, maka accessories inilah yang pertama kali kami rekomendasikan. Apa sebab? Sebab, unit inilah satu-satunya penghubung anda dengan orang lain, entah itu tetangga, kerabat, teman atau siapa saja. Saat terjadi alarm, maka unit ini akan memutar nomor telepon yang sudah diprogram di dalam memorinya. Pada umumnya, sebanyak 4 - 6 nomor telepon bisa dihubungi secara berurutan, sambil mengeluarkan pesan yang sudah anda rekam sendiri sebelumnya. Isi rekaman mestilah jelas dengan menyebut nama dan alamat. Walau kerabatpun tahu bahwa itu suara kita, tidak ada salahnya jika kita menyebut identitas dan alamat pada awal rekaman. Kendati demikian, kami tidak menyarankan agar unit ini diprogram ke nomor polisi, sebab urusannya nanti bisa berbeda. Unit ini bisa dihubungkan langsung dengan kabel telepon di rumah kita atau di belakang extension PABX. Jika dipasang pada extension PABX, pastikan extension ini tidak diblokir untuk mendial ponsel dengan awalan 0 .

2. GSM Line Backup
Masih berkaitan dengan fungsi dialer, maka accessories ini perlu pula tersedia sebagai sarana backup seandainya terjadi sesuatu pada saluran telepon kita. Saat ini komunikasi GSM sudah demikian penting dan hampir bisa menggantikan peran telepon kabel. Oleh karena itu unit ini bisa diandalkan sebagai line cadangan untuk voice dialer saat terjadi alarm apabila line telepon di rumah kita sedang down. Sejatinya unit ini sering disebut dengan GSM Fixed Wireless Terminal (GSM FWT). Jika sebuah kartu GSM yang masih aktif dimasukkan ke dalam unit ini, maka kita akan memiliki telepon layaknya telepon kabel  dan bisa dipakai bertelepon ria. Apabila hanya dipakai untuk percakapan saja, unit ini terbilang costly. Namun, saat-saat situasi genting (misalkan telkom mengalami gangguan), maka unit ini sangat berguna. Unit ini diperlukan pula di daerah-daerah yang belum terjangkau saluran telepon kabel.

Ada beberapa pengalaman menarik seputar penggunaan alat ini, khususnya pada produk keluaran awal. Faktor panas dan kehandalan dari sirkuit communicator module menjadi isu utama, terlebih lagi pada saat sinyal kurang kuat. Akibatnya sudah bisa diduga, yaitu unit kerap mengalami 'hang'. Walaupun mengatasinya cukup mudah (cabut power supply dan menancapkannya kembali), namun tak urung hal ini cukup merepotkan pemakai. Solusi yang paling baik adalah dengan menempatkan unit ini sebebas mungkin, agar tangkapan sinyalnya maksimal. Pada beberapa tipe ada yang menggunakan vertical whip antenna (antenna pecut) dengan kabel cukup panjang, sehingga kita tinggal mengatur letak antenna saja setinggi mungkin.

Kini, berita bagusnya adalah masalah klasik ini sudah bisa diatasi pada produk keluaran terbaru. Layout komponen lebih ringkas dan kualitas communicator module sudah diperbaiki secara signifikan. Selain GSM, tersedia pula unit yang memakai kartu CDMA.



3. Money Trap
Sesuai dengan namanya, maka accessories ini layak dipertimbangkan untuk dipasang di laci meja dimana anda biasa menyimpan uang. Taruhlah di dalamnya beberapa lembar uang pecahan terbesar. Dengan menyambungkan alat ini ke input autodialer atau GSM FWT di atas, maka untuk selanjutnya bisa kita tebak sendiri, bukan?




4. Remote Control
Kendati samasekali bukan barang aneh, namun kehadiran remote control (keyfob) bisa sedikit menambah kenyamanan dalam mengoperasikan sistem alarm di rumah anda. Selain berfungsi menghidupmatikan sistem, remote control bisa dipakai sebagai pemicu siren pada saat diperlukan. Namun, apabila bunyi siren dirasakan beresiko, kita bisa menggunakan remote ini sebagai pemicu autodialer atau zone yang diprogram sebagai silent panic.  Saat terjadi sesuatu, kita dapat menekan salah satu tombol pada remote control ini, tanpa membunyikan siren. Pada saat bersamaan, autodialer akan menghubungi kerabat dekat atau tetangga kita. Jika anda adalah pelanggan CMS, maka sinyal panic ini sudah terbaca oleh operator, sehingga ia bisa menentukan langkah apa saja yang mesti diambil sesuai dengan prosedur standar.


5. LED Indicator
Accessories ini berguna untuk mengetahui apakah sistem alarm kita sudah aktif atau belum pada saat alarm dioperasikan via remote control. Mintalah teknisi untuk memasang unit ini, baik di dalam box plastik ataupun di dalam kotak siren, sehingga mudah terlihat. Dengan adanya indicator ini kita yakin sepenuhnya bahwa sistem alarm sudah aktif, sehingga aman saat pergi meninggalkan rumah.







6. No Activity Arming
Sejatinya ini bukanlah accessories, melainkan fitur yang terdapat pada panel alarm. Jika karyawan kita termasuk pelupa atau bahkan malas untuk menghidupkan alarm saat tutup toko, maka gunakanlah fitur ini. Pasanglah sebuah sensor magnetic contact pada pintu yang selalu terbuka dan hanya ditutup saat pulang (toko tutup). Programlah sensor ini sebagai delay zone dan isilah berapa lama sistem alarm harus aktif setelah pintu ini ditutup, misalkan diisi 015 (15 menit). Maka, setelah 15 menit pintu toko ditutup, sistem alarm akan aktif sendiri secara otomatis. Pintu yang dimaksud tidak mesti pintu depan saja. Kita bisa memanfaatkan sebarang pintu lainnya asalkan tetap terbuka selama jam toko. Sederhana, bukan? Fitur ini menarik, karena bisa membuat sistem alarm menjadi nyaman digunakan. 

09 March 2010

Fungsi Clock Adjust pada Panel DSC


Hampir setiap panel alarm memiliki apa yang disebut dengan time and date, yaitu jam dan tanggal yang selalu update. Oleh sebab itu sistem alarm memerlukan adanya penyetelan jam dan tanggal (time and date setting). Prosedur ini sangat penting, terutama saat kita menjalankan Auto Arm Disarm. Demikian pula saat kita ingin melacak tanggal kejadian (event buffer) melalui keypad LCD. Maka di sini ketepatan setting menjadi penting, sebab jika tidak, maka jam dan tanggal kejadian pada event buffer akan ngaco.

Sekalipun keypad jenis LED tidak menampilkan jam dan tanggal, namun bukan berarti  jam dan tanggal tidak perlu di-setting dengan tepat. Dalam kondisi apapun panel tetap memerlukan jam dan tanggal yang akurat, yaitu untuk automatic arm disarm dan melacak event buffer melalui software. Oleh sebab itu jika satu saat jam auto arm-disarm menjadi ngaco, maka dipastikan jam panel tidak akurat. 

Pada panel DSC, setting jam dan tanggal ini dilakukan dengan menekan [*][6][Master Code][1] [JJ:MM:BL:TG:TH]. Contohnya: jika saat ini tanggal 9 Maret 2010 jam 06:50, maka urutan setting-nya menjadi: [*][6][Master Code][1] [0650 030910] [#][#].

Tidak seperti motherboard komputer, board alarm umumnya tidak dilengkapi dengan internal battery untuk menjalankan real time clock-nya. Adanya battery backup pada alarm lebih ditekankan pada fungsi backup power pada saat mati listrik (power outage).  Selain itu arsitektur board alarm ini bersifat EEPROM, sehingga tidak mengharuskan adanya internal battery untuk membekali memorinya. Tidak adanya internal battery ini sedikitnya membawa dua dampak pada fungsi jam, yaitu:

1.  Jam dan tanggal harus di-setting ulang saat panel kehilangan power (mati).
2.  Jam beresiko kurang akurat.

Dampak pertama memang jarang terjadi di kota-kota besar, karena biasanya power outage  tidak berlangsung lama dan battery backup alarmpun masih bisa bertahan. Sedangkan mengenai dampak kedua, inilah yang menjadi pokok bahasan kita.

Untuk menjaga keakuratan jam dan tanggal, panel alarm bersandar pada dua basis waktu (time base) sebagai patokannya, yaitu: frekuensi jala-jala listrik (50Hz/60Hz) dan internal crystal. Jika frekuensi jala-jala sangat stabil (50Hz untuk Indonesia), maka opsi 50Hz ini bisa dipilih pada program Section [701]. Tetapi jika tidak, maka opsi "Time Base is internal crystal"-lah yang dipilih.

Namun adakalanya penunjukan jam pada keypad LCD kian hari terlihat kian lambat (kendor). Jika terjadi, hal ini bisa sedikit "disiasati" dengan mengubah nilai default pada section [700]. 

Seperti diketahui, harga default pada section [700] ini adalah 60. Artinya, "satu menit panel" sama dengan "60 putaran" alias sama dengan waktu normal. Jika jam panel kendor, maka "satu menitnya" harus dipercepat supaya tidak kendor. Dari percobaan lapangan, nilai 30 sampai  40 adalah nilai ideal pada section [700]. Dengan demikian, "satu menit panel" setara dengan 30 detik atau 40 detik waktu normal. Untuk angka lainnya silakan dicoba-coba sendiri. Sekali lagi hal ini hanya dilakukan jika jam panel terlihat sering ngaco dan pilihan 2=ON pada section [701] (ternyata) tidak membantu.