Showing posts with label Jaringan CCTV (Dasar). Show all posts
Showing posts with label Jaringan CCTV (Dasar). Show all posts

19 February 2020

Mengenal Sistem Camera CCTV (Bagian 1)

Analog Camera dan IP Camera
Pada CCTV, istilah analog camera hanya dipakai saat kita membandingkannya dengan IP Camera dengan tujuan agar bisa dibedakan satu sama lain. Analog camera adalah camera CCTV biasa yang memakai kabel Coaxial, sedangkan IP Camera adalah camera yang memakai kabel UTP Cat 5. Kendati kedua-duanya memakai kabel yang sama,  yaitu UTP Cat 5, tetapi mohon dicatat bahwa IP Camera bukan termasuk ke dalam Video Balun. IP Cam adalah camera yang menggunakan teknologi Internet Protokol (disebut juga dengan protokol TCP/IP), sedangkan Video Balun adalah sistem atau alat pengubah kabel Coaxial ke kabel  UTP. Kedua-duanya memang memakai kabel yang jenisnya sama, yaitu UTP Category 5 (Unshielded Twisted Pair).

Gambar di bawah ini memperlihatkan anatomi dari CCTV sistem analog dengan sistem IP. Perhatikanlah, bahwasanya perbedaan mendasar adalah dari jenis kabel (media) yang digunakan untuk mengirimkan gambar.
 


Keuntungan sistem camera analog, diantaranya:
1. Tidak memerlukan pengetahuan rumit dalam mempelajarinya.
2. Variasi produk sangat banyak, mulai dari Camera, DVR dan peralatan pendukung lainnya.
3. Harga lebih murah dibandingkan IP Camera yang kelasnya sama.
4. Konfigurasi peralatan dan setting lebih mudah.
5. Kualitas gambar sangat baik dan gerakan objek tampak real.
6. Rambatan video bisa lebih jauh, karena kabelnya bisa lebih panjang.
7.Harga DVR (media perekaman) semakin murah.

Adapun kekurangan camera analog adalah:
1. Instalasi kabel sedikit lebih "berat" daripada IP Cam.
2. Harga kabel coaxial dan connector BNC lebih mahal ketimbang kabel UTP dan RJ-45.
3. Memerlukan kabel yang lebih banyak untuk power, data dan video.
4. Lebih mudah dipengaruhi noise dan interferensi.
5. Peralatan yang diperlukan untuk mengintegrasikan sistem bisa lebih banyak.




Keuntungan IP Cam dibanding Analog:
1. Instalasi kabel lebih sedikit dan ringkas.
2. Biaya kabel, connector dan material bantu lainnya bisa lebih murah.
3. Lebih tahan terhadap noise dan interferensi.
4. Jika akan ditransmisikan lewat udara (wireless), maka wireless IP Camera lebih aman dari penyadapan ketimbang analog.
5. Peralatan yang diperlukan untuk mengintegrasikan sistem lebih sedikit.
6. Teknologi TCP/IP terus berkembang pesat, sehingga feature-nya bisa lebih baik untuk masa datang.

Sedangkan kekurangan IP Cam diantaranya adalah:
1. Diperlukan pemahaman yang mantap terhadap dasar-dasar jaringan LAN dan Internet.
2. Setting lebih rumit.
3. Panjang kabel UTP dibatasi oleh angka yang "masyhur", yaitu hanya 100m saja. 
4. Harga cameranya lebih mahal, demikian pula dengan harga adaptor PoE (Power over Ethernet).
5. DVR standalone yang langsung support IP Camera (disebut dengan NVR atau Network Video Recorder) masih sedikit dan sangat mahal.
6. Software NVR masih berharga mahal.
7. Bandwidth menjadi isu penting.
8. Dibanding analog, gerakan objek pada IP Camera umumnya mengalami perlambatan/ seperti gerakan astronot di bulan (moonwalk), kecuali pada produk-produk yang termasuk high-end.

Sumber: tanyaalarm.blogspot.com atas seijin penulis


18 February 2020

Fungsi DDNS Server

Kembali kami mencoba menyingkat uraian ini, yaitu DDNS diperlukan dalam koneksi DVR melalui Internet. Kesimpulannya:


DNS Server mutlak diperlukan, karena untuk mengakses satu situs di Internet, kita lebih mudah menuliskan nama situs ketimbang menuliskan  nomor IP address-nya. Demikian pula halnya dengan DVR yang bisa dianggap sebagai satu situs di internet.


Sedangkan DDNS Server diperlukan agar DVR kita mempunyai satu nama panggilan tetap (host name) di Internet, tanpa kita perdulikan lagi perubahan WAN IP yang terjadi.

Perhatikan diagram di bawah ini untuk satu DVR Standalone dengan nama host name dvrrumah.dvrdns.org:5445 sebagai contoh.  Adapun skenarionya  kira-kira begini (klik gambar untuk memperbesar):



Sumber: tanyaalarm.blogspot.com atas seijin penulis

Masih Seputar DDNS Updater (Sekadar Info)

Apakah anda punya account gratis di DynDNS yang saat ini masih aktif? Jika ya, tidak ada salahnya jika kita coba bermain-main lagi dengan DDNS Updater. Pada permainan kali ini ditampilkan 2 (dua) unit standalone DVR -boleh dari merk yang sama ataupun berbeda- dan 4 (empat) DDNS Server yang berbeda. Adapun skema permainannya adalah seperti diagram di bawah ini:


Terlihat pada diagram di atas, kami mencoba layanan dari No-IP, DNSExit, ChangeIP dan sang legendaris DynDNS. Tidak seperti lazimnya permainan yang menghasilkan winner dan looser, maka percobaan kali ini bukan untuk itu. Tujuan utamanya adalah melihat seberapa cepat masing-masing layanan tersebut bekerja. DVR 1 mendapat 3 layanan DDNS yang di-update melalui software yang dipasang di PC, sedangkan DVR 2 melalui isian pada DVR. Sekilas dalam "situasi buruk" seperti di atas, DynDNS tidak akan ter-update secara periodik saat terjadi perubahan WAN IP, kecuali pada DVR merk tertentu atau yang memiliki feature periodic update. Oleh sebab itu jangan heran apabila nantinya DVR 2 lebih sering mengalami gagal connect ketimbang DVR 1.

Sumber: tanyalarm.blogspot.com atas seijin penulis.

17 February 2020

Video Balun : Mendefinisikan Kembali Jarak


Jika akan dipakai pada jarak maksimal, maka ada baiknya apabila kita meninjau kembali soal jarak. Hal ini berkaitan dengan tahap design system cctvsehingga tingkat keberhasilannya bisa terukur. Baiklah kita mulai dengan melihat beberapa contoh desain di bawah ini.





Desain A



Desain A memperlihatkan konsep dasar dari aplikasi video balun kombinasi "aktif-aktif". Dengan menggunakan tipe produk yang dimaksud, maka jarak yang diklaim bisa mencapai 2000m (2Km). Perhatikanlah, bahwa jarak ini adalah jarak elektrik antara output camera dengan input DVR. Jadi, panjang kabel coaxial dihitung juga. Jarak sejauh ini dimungkinkan, karena TTA-111VH sudah ditambahkan peredam interferensi (extra interference rejection). Sebagaimana diketahui, faktor interferensi inilah yang kerap dituding sebagai biang keladi ganngguan camera dan berkurangnya jarak. Namun, ada beberapa "kritik" terhadap Desain A ini, yaitu: 

1. Kabel UTP tidak "dieksploitasi" secara maksimal, karena kita hanya memakai 1 pair saja.
2. Satu camera memerlukan dua unit video balun aktif.
3. Penempatan balun agak sulit ditentukan.
4. Pemakaian adaptor satu balun satu adaptor.
(atau mungkin anda bisa menambahkannya)

Jika kendala teknis di atas bisa diatasi, maka dengan mengabaikan cost, kita akan memperoleh satu sistem yang bekerja baik pada jarak maksimalnya. Hanya dari segi budget, metoda di atas memerlukan biaya mahal.

Desain B



Berbeda dengan desain A, maka desain B memperlihatkan alternatif yang menurut kami lebih baik, setidaknya dari segi pemanfaatan kabel UTP. Di sini balun TTA-111VT di -"pool" dulu di satu tempat dan hanya di-supply oleh satu buah adaptor saja. Pada sisi kanan bisa dipasang TTA-414VR untuk menggantikan 4 buah receiver 1 channel. Dengan cara ini, kabel UTP dapat dipakai secara optimal. Namun, trade off-nya adalah jaraknya akan secara signifikan, yaitu 1500m saja. Sekali lagi untuk kehati-hatian, jarak ini adalah panjang total kabel yang digunakan (Coaxial plus UTP) atau dengan kata lain jarak dari output camera ke input DVR. 

Konfigurasi di bawah ini semoga bisa memberikan pemahaman yang baik soal jarak yang dimaksud.

Desain C


Setelah diketahui yang dimaksud dengan jarak, maka bagaimana sebaiknya? Jika kita bekerja dengan banyak camera, katakanlah sampai dengan 32 titik, maka yang pertama kali harus diketahui adalah letak (titik) cameranya seperti apa. Lalu tentukanlah, apakah kita akan "mengirim" camera satu demi satu ke control room atau akan "mengangkut" 4 camera sekaligus. Jika tidak ada jalan lain kecuali "mengirimkan" camera satu per satu, maka Desain A-lah yang terpaksa dipilih. Namun, jika cara "mengangkut" 4 camera sekaligus bisa diwujudkan, maka desain B atau C kami pandang lebih optimal. Nah, apakah anda bisa membedakannya?

Sumber: tanyaalarm.blogspot.com atas seijin penulis


16 February 2020

Penyambungan Kabel UTP


Sekalipun Video Balun telah berlalu pembahasannya, namun tidak ada salahnya jika kami lengkapi dengan topik mengenai cara penyambungan kabel seperti yang direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Cara penyambungan kabel UTP ini penting untuk menjaga kualitas sinyal video, terutama pada instalasi jarak jauh. Berikut cara penyambungan yang salah dan benar.




Semoga bermanfaat.


sumber: tanyaalarm.blogspot.com atas seijin penulis.

15 February 2020

Sebaiknya Pilih Video Balun atau Coaxial? Ini Penjelasannya


Dalam satu kesempatan kami ditanya mengenai rencana instalasi camera sepanjang kabel 1 kilometer (1000m) dengan pertanyaan sederhana: perlukah video amplifier? Terus terang kami sulit untuk menjawabnya secara langsung. Sebagaimana mafhum diketahui, bahwa kabel panjang berpotensi mengundang masalah. Masalah paling ditakuti adalah gangguan gambar berupa noise dan interferensi. Penyebab utamanya sudah jelas dari panjangnya kabel, karena dengan semakin panjang, maka sinyal semakin lemah. Jika sepanjang lintasan banyak terdapat noise, maka perbandingan signal-to-noise (S per N) yang diterima oleh DVR akan kecil, sehingga mudah terganggu. Lantas, apa hubungannya dengan pertanyaan tadi? Perlukah video amplifier? Jawabannya dilematis. Di satu sisi, sinyal memang dikuatkan, namun di sisi lain -jangan lupa- noise pun akan dikuatkan pula. Jadi, alih-alih memperoleh gambar yang bagus, namun kenyataannya pada beberapa kasus, menambah video amplifier justru membuat gambar semakin "hancur". Apakah anda pernah mengalami hal ini?

Nah, pada posting kali ini, kami akan coba bahas plus minus dari video amplifier ini. Sebagai pembanding kami juga akan coba mencari alternatif solusi lainnya, yaitu dengan video balun. Manakah diantara keduanya yang lebih suitable?

Kilas Balik
Sekadar penyegaran, kami gambarkan kembali perbedaan antara sistem coaxial dengan video balun. Tujuannya agar kita dapat menganalisa dimana kira-kira pokok masalahnya apabila nanti gambar yang dihasilkan tidak sempurna. Perhatikanlah gambar di bawah ini:


Pada gambar di atas terlihat, bahwa untuk jarak 1000m sistem Coaxial memerlukan sebuah Video Amplifier untuk mem-boost signal. Pertanyaannya, dimanakah posisi video amplifier yang ideal? Apakah di dekat camera, di tengah-tengah atau di dekat DVR? Mari kita lihat analisanya nanti. Perhatikan pula bahwa L1 dan L2 perlu dimasukkan ke dalam pertimbangan cost, karena adanya penambahan jumlah connector BNC. L1 dan L2 kami masukkan pula ke dalam parameter analisa, mengingat di jalur inilah biasanya masalah timbul.

Pada sistem video balun terdapat 3 jalur yang harus diwaspadai, yaitu L1, L2 dan L3. Apa sebab? Karena balun bisa saja diletakkan berjauhan dengan camera ataupun DVR. Oleh sebab itu -selain L2- panjang coaxial L1 dan atau L3 perlu juga dimasukkan ke dalam analisa awal.

Nah, bagaimanakah implementasi di lapangan? Sebelum memutuskan memilih salah satu dari kedua sistem tersebut, ada beberapa faktor yang harus dimasukkan ke dalam pertimbangan, yaitu:

1. Jumlah camera.
2. Kondisi jalur lintasan kabel.
3. Kemudahan troubleshooting dan  maintenance.
4. Cost.

Perihal cost kami letakkan pada point terakhir agar nantinya bisa diketahui apakah secara overall sistem Balun lebih murah ketimbang Coax atau malah sebaliknya. Perlu diketahui pula, bahwa kita tidak bisa memukul rata dengan meng-klaim bahwa satu sistem lebih unggul daripada yang lain, sebab hal itu sangat tergantung dari kondisi di lapangan. Oleh sebab itulah diperlukan analisa awal terlebih dahulu dengan melibatkan 4 point di atas. Bagaimana? Berikut ini adalah sebagian dari argumentasi kami secara keseluruhan.

1. Jumlah Camera
Jumlah camera beserta letaknya merupakan faktor utama dalam menentukan apakah kita akan memakai sistem balun atau tetap mempertahankan coaxial. Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan "pair" kabel UTP. Jika hanya satu pair saja yang bisa dimanfaatkan (artinya satu camera, satu kabel UTP), maka secara ekonomis efektivitas sistem balun ini masih tidak terasa, malah terkesan boros. Tetapi dari sisi teknis hal itu akan membantu, sebab setidaknya kita masih punya "pair" cadangan.  Melihat kondisi seperti itu, jika memungkinkan, kita sebaiknya memanfaatkan semua "pair" yang ada pada kabel UTP seperti ilustrasi di bawah ini.


Pada ilustrasi di atas terlihat, bahwa kita hanya perlu satu tarikan kabel UTP untuk mengangkut 4 Camera dari titik berbeda ke DVR di ruang control. Oleh karena jaraknya jauh, katakanlah 1000m, maka setidaknya kita memerlukan tiga titik sambungan (joint), karena 1 rol kabel UTP rata-rata memiliki panjang 1,000 feet (sekitar 305m). Camera di-"parkir" dulu di Video Balun 4 Channel dan dari sana "diberangkatkan" ke ruang control. Sayangnya, produk balun 4 Channel ini hanya tersedia tipe yang passive saja, sehingga apabila dikehendaki jarak yang lebih jauh lagi, maka kita harus memakai tipe active 1 Channel.

Sekarang bandingkan dengan sistem Coaxial pada gambar di bawahnya. Pada sistem ini kita harus menarik empat kabel Coaxial (semisal RG-6 atau tipe lainnya) ke ruang control. Secara ekonomi, empat kabel Coax tentu lebih mahal ketimbang satu kabel UTP, bukan? Secara teknis, menarik empat kabel Coax pun terasa "lebih berat" ketimbang UTP. Sementara itu, dari potensi gangguan, maka kabel Coax lebih rentan (mudah terganggu) ketimbang UTP, apalagi jika  kita sudah "bermain" dengan Video Amplifier.

Lalu, apa arti semua ini? Baiklah, kami telah membuat estimasi kasar mengenai cost dari kedua sistem ini, walau tadinya kami akan menempatkan soal ini di akhir pembahasan. Alasannya, bisa jadi diantara pembaca ada yang ingin mengetahui soal ini terlebih dulu, bukan? 

2. Kondisi Jalur Lintasan Kabel
Kiranya perlu diwaspadai, bahwa instalasi kabel CCTV outdoor sangat rentan terhadap gangguan, terlebih jika jalur kabel melintasi area tegangan tinggi untuk mesin-mesin pabrik. Jangan sekali-kali menumpangkan kabel CCTV -baik UTP maupun Coaxial- dala cable tray elektrik, karena selain menyebabkan interferensi, juga hal ini sangat sulit saat melakukan maintenance. Pilihlah jalur kabel yang lebih "selamat", kendati harus memutar agak jauh. Oleh sebab itulah gambar cable route menjadi penting, karena sangat membantu dalam meng-estimasi panjang kabel secara keseluruhan. Jika daerah berbahaya ini sulit dihindari, maka pertimbangkanlah untuk memakai sistem Balun ketimbang Coaxial dan video amplifier. 

3. Kemudahan dalam Troubleshooting dan Maintenance
Faktor ini jarang diantisipasi, sehingga saat sistem sudah running (dan walhasil ternyata banyak gangguan!), akhirnya cost untuk menambah alat ini dan itu malah menjadi tinggi. Alih-alih menekan cost, namun kenyataannya malah kebalikannya. Alat ini dan itu yang dimaksud, misalnya Ground Loop Isolator, AC Line Filter atau yang paling menjengkelkan adalah mengubah jalur kabel.

4. Cost
Setelah semua dianalisa, maka jatuhkanlah pilihan berdasarkan resiko yang paling kecil, baik dari sisi cost maupun dari segi teknis. 

Kesimpulan
Selama cost memungkinkan, maka untuk jarak di atas 300m dengan jumlah camera yang banyak, menurut hemat kami video balun lebih layak dipertimbangkan. Hal ini disebabkan video balun memiliki daya tolak terhadap noise dan interferensi  yang lebih baik ketimbang  video amplifier. Bagaimana dengan pengalaman anda?

23 January 2018

Masih Menggunakan DDNS? Begini Settingan CCTV dengan 2 Routernya

Disclaimer:
Postingan ini merupakan pindahan dari blog lama saya ---> Blog Lama. Silahkan copas, dengan menyertakan sumber aslinya. Copas boleh dengan sumbernya, MALING CONTENT jangan ya! 
Artikel ini dibuat saat internet dari telkom masih menggunakan Speedy alias ADSL. Saya kira masih relevan untuk topologi tertentu terutama settingan internet CCTV menggunakan DDNS.
Happy Reading!

Tidak seperti modem ADSL, ONT Fiber Optic Indiehome dipastikan sudah berfungsi sebagai wifi sehingga tidak diperlukan lagi alat tambahan untuk pembuatan hotspot. Tapi Seringkali di lapangan ditemukan topologi jaringan di customer dengan 2 router atau 2 wifi.

Kesulitan yang sering dihadapi saat harus menghubungkan DVR ke router wifi yang berfungsi sebagai hotspot, bukan langsung dicolokan ke modem ADSL/ONT Fiber Optic Indihome. Topologi seperti ini membuat proses open port DVR jadi lebih sulit.

Solusi paling mudah adalah dengan menambahkan hub/switch ke modem ADSL, setelah itu baru dibagi ke router wifi dan DVR.
dvr dengan 2 router

12 January 2018

Power, Video, Dan Audio Dalam Satu Kabel Menggunakan PoC

Apa Itu PoC (Power Over Coax)

Kita mengenal PoE dalam IP Camera. Tau kan PoE? Kalau belum coba baca disini --> PoE. Dengan PoE, teknisi cukup menarik 1 kabel UTP CAT5 untuk transmisi Video, Suara, Control, dan bahkan Power (tegangan). Selain jadi lebih irit biaya material instalasi, pun hasilnya lebih rapih. Pertanyaan nya, apakah mungkin cctv berbasis kabel coax tarikan kabelnya hanya menggunakan SATU  KABEL COAX saja? BISA! menggunakan teknologi PoC (Power over Coax).